Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum (Epistemologi)
Landasan Filosofis
Pengembangan Kurikulum (Epistemologi)
Sekolah
bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”, yang ditentukan oleh
nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orang tua,
masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan
menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar,
dan cara menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara
yang demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan berlainan dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen. Kurikulum tak dapat tiada
mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara, terutama dalam
nenentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.
Istilah filsafat adalah terjemahan dari
bahasa Inggris “phylosophy” yang berasal dari perpaduan dua kata Yunani
Purba “philien” yang berarti cinta (love),
dan “sophia” (wisdom) yang berarti
kebijaksanaan. Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love
of wisdom (Redja Mudyahardjo, 2001:83). Secara
operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat
(sistem teori atau pemikiran). Dua dari lima
definisi filsafat yang dikemukakan Titus
menunjukkan pengertian di atas: “Phylosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry; …
philosophy
is a group of theories or system of thought” (Kurniasih
dan Tatang Syaripudin, 2007:73). Dalam kaitannya dengan definisi filsafat sebagai
proses, Socrates mengemukakan bahwa filsafat adalah cara berpikir secara
radikal, menyeluruh, dan mendalam atau cara berpikir yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi
objek kajiannya, filsafat dapat dibagi dalam dua cabang besar, yaitu: 1) Filsafat Umum atau Fisafat Murni, dan 2)
Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Cabang Filsafat Umum terdiri atas:
1) Metafisika, membahas hakikat
kenyataan atau realitas yang meliputi (1) metafisika umum atau ontologi, dan
(2) metafisika khusus yang meliputi
kosmologi (hakikat alam semesta), teologi (hakikat
ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2) Epistemologi dan logika,
membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode mencari pengetahuan,
kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan); dan hakikat penalaran
(induktif dan deduktif).
3) Aksiologi, membahas hakikat
nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan estetika (hakikat
keindahan). Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya
didasarkan pada kekhususan objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat
sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral, filsafat ilmu, dan
filsafat pendidikan.
Epistemologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan, beserta sumber, jenis,
dan batasannya. Epistemologi dapat juga dikatakan sebagai teori dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang asal, struktur, metode, dan absahan dari
ilmu-ilmu pengetahuan. Epistemologi, (dari bahasar Yunani episteme
(pengetahuan) dan logos (kata/ pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. epistemologi
berhubungan dengan tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Menurut Ron Kurtus,
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan,
beserta sumber, jenis, dan batasannya. Epistemologi dapat juga dikatakan
sebagai teori dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang asal, struktur,
metode, dan absahan dari ilmu-ilmu pengetahuan.
Secara historis
istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier untuk membedakan
dua cabang filsafat, ontologi (metafisika umum) dan epistemologi. Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani “episteme” (pengetahuan) dan “logos” (ilmu/teori).
Menurut Adrah (2010), epistemologi (filsafat pengetahuan) adalah cabang
filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu pengetahuan. Ciri filsafat
pengetahuan adalah mencari sebab musabab dengan bertitik tolak pada
gejala–gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Epistemologi adalah
cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat dan jenis pengetahuan,
misalnya apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya serta hubungannya
dengan kebenaran dan keyakinan. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan
sebagai teori pengetahuan yang benar dan lazimnya disebut sebagai teori
pengetahuan atau “theory of knowledge”. Epistemologi merupakan cabang filsafat
yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode serta keabsahan
pengetahuan.
Epistemologi
membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan menyangkut teori pengetahuan
yang memiliki makna bahwa epistemologi adalah sebagai landasan tentang
pengetahuan (Adrah, 2010). Parmono (1985), seperti dikutip dalam Adrah (2010),
mengemukakan persoalan epistemologi (epistemological problem) yaitu
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pengetahuan, kepastian pengetahuan,
teori-teori pengetahuan, konsistensi pengetahuan. Landasan epsitemologi
menjawab pertanyaan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi
diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan dasar
kurikulum yaitu menyangkut materi yang bagaimana serta bagaimana cara
menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah. Pertanyaan mengenai
mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan mengapa
pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan
penerapan epistemologi dalam bidang pendidikan. Beberapa contoh lain adalah
menyangkut pertanyaan berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam
proses pendidikan? Dengan sistem pendidikan yang mana kegiatan pendidikan
dilaksanakan untuk mendapatkan nilai pendidikan yang benar?. Bagaimana
penerapan epistemologi dalam kimia?
Menurut Redja Mudyahardjo (1989) terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme. Redja Mudyahardjo (2001) merangkum konsep-konsep ketiga aliran filsafat tersebut dan implikasinya terhadap pendidikan sebagai berikut:
1) Idealisme
Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat pendapat.
2) Realisme
Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan dengan menggunakan pikiran. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
3) Pragmatisme
Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang. Pengetahuan yang benar adalah yang ternyata berguna bagi kehidupan.
Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan dasar kurikulum yaitu menyangkut materi yang bagaimana serta bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah. Pertanyaan mengenai mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan mengapa pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan penerapan epistemologi dalam bidang pendidikan. pertanyaan sebagai berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam proses pendidikan? Dengan sistem pendidikan yang mana kegiatan pendidikan dilaksanakan untuk mendapatkan nilai pendidikan yang benar?. Bagaimana penerapan epistemologi dalam kimia?