Wednesday, September 19, 2018

Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum (Epistemologi)

  24 comments

Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum (Epistemologi)

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, dan cara menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan  berlainan dengan pendidikan di  negara yang memeluk agama  Islam atau Kristen. Kurikulum tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara, terutama dalam nenentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus  dicapai melalui pendidikan formal.
Istilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa Inggris  “phylosophy” yang berasal dari perpaduan dua kata Yunani Purba “philien” yang berarti cinta (love), dan “sophia” (wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan  atau love of wisdom (Redja Mudyahardjo, 2001:83). Secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (sistem teori atau pemikiran). Dua dari lima definisi filsafat yang dikemukakan Titus menunjukkan pengertian di atas: “Phylosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry; … philosophy
is a group of theories or system of thought”  (Kurniasih dan Tatang Syaripudin, 2007:73). Dalam kaitannya dengan definisi filsafat sebagai proses, Socrates mengemukakan bahwa filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh, dan mendalam atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi dalam dua cabang besar, yaitu: 1)  Filsafat Umum atau Fisafat Murni, dan 2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Cabang Filsafat Umum terdiri atas:
1) Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang meliputi (1) metafisika umum atau ontologi, dan (2) metafisika khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi (hakikat ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2)  Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan (sumber pengetahuan, metode mencari pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan); dan hakikat penalaran (induktif dan deduktif).
3)    Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya etika (hakikat kebaikan), dan estetika (hakikat keindahan). Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan, pembagiannya didasarkan pada kekhususan objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral, filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan, beserta sumber, jenis, dan batasannya. Epistemologi dapat juga dikatakan sebagai teori dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang asal, struktur, metode, dan absahan dari ilmu-ilmu pengetahuan. Epistemologi, (dari bahasar Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/ pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. epistemologi berhubungan dengan tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Menurut Ron Kurtus, Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan, beserta sumber, jenis, dan batasannya. Epistemologi dapat juga dikatakan sebagai teori dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang asal, struktur, metode, dan absahan dari ilmu-ilmu pengetahuan.
Secara historis istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier untuk membedakan dua cabang filsafat, ontologi (metafisika umum) dan epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme” (pengetahuan) dan “logos” (ilmu/teori). Menurut Adrah (2010), epistemologi (filsafat pengetahuan) adalah cabang filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu pengetahuan. Ciri filsafat pengetahuan adalah mencari sebab musabab dengan bertitik tolak pada gejala–gejala pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat dan jenis pengetahuan, misalnya apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan lazimnya disebut sebagai teori pengetahuan atau “theory of knowledge”. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode serta keabsahan pengetahuan.
Epistemologi membahas ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan menyangkut teori pengetahuan yang memiliki makna bahwa epistemologi adalah sebagai landasan tentang pengetahuan (Adrah, 2010). Parmono (1985), seperti dikutip dalam Adrah (2010), mengemukakan persoalan epistemologi (epistemological problem) yaitu persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pengetahuan, kepastian pengetahuan, teori-teori pengetahuan, konsistensi pengetahuan. Landasan epsitemologi menjawab pertanyaan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan dasar kurikulum yaitu menyangkut materi yang bagaimana serta bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah. Pertanyaan mengenai mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan mengapa pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan penerapan epistemologi dalam bidang pendidikan. Beberapa contoh lain adalah menyangkut pertanyaan berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam proses pendidikan? Dengan sistem pendidikan yang mana kegiatan pendidikan dilaksanakan untuk mendapatkan nilai pendidikan yang benar?. Bagaimana penerapan epistemologi dalam kimia?
Menurut Redja Mudyahardjo (1989) terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme,  Realisme, dan Pragmatisme. Redja Mudyahardjo  (2001) merangkum konsep-konsep ketiga aliran filsafat tersebut dan implikasinya terhadap pendidikan sebagai berikut:
1)             Idealisme

Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai  akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat pendapat.
2)             Realisme
Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan dengan menggunakan pikiran. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
3)             Pragmatisme
Epistemologi (hakikat pengetahuan): Pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang. Pengetahuan yang benar adalah yang ternyata berguna bagi kehidupan.

Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan dasar kurikulum yaitu menyangkut materi yang bagaimana serta bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah. Pertanyaan mengenai mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan mengapa pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan penerapan epistemologi dalam bidang pendidikan. pertanyaan sebagai berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam proses pendidikan? Dengan sistem pendidikan yang mana kegiatan pendidikan dilaksanakan untuk mendapatkan nilai pendidikan yang benar?. Bagaimana penerapan epistemologi dalam kimia?