Prinsip Desain Sistem Pembelajran
Desain pembelajaran merupakan upaya untuk “membelajarkan” peserta didik. Desain pembelajaran juga disebut dengan suatu rancangan yang dibuat secara sistematis dan sistemik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Reiser & Dempesey (2007) desain pembelajaran dibuat dengan proses sistematis yang digunakan untuk mengembangkan program pendidikan dan pelatihan secara konsisten dan dapat diandalkaan.
Desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay, 2001). Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan Ragan, 1993, p. 4). Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Reigeluth, 1983). Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Desain pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pendekatan yang terorganisasi untuk memproduksi dan mengembangkan bahan ajar, tetapi juga merupakan sebuah proses genetic yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah pembelajaran dan kinerja manusia serta menetukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Desain pembelajaran lazimnya dimulai dari kegiatan analisis yang digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya yang perlu dicari solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang sesungguhnya maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternaif solusi yang akan digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran. Seorang perancang program pembelajaran perlu menentukan solusi yang tepat dari berbagai alternatif yang ada. Selanjutnya ia dapat menerapkan solusi tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Evaluasi adalah langkah selanjutnya, sehingga nantinya bias mengetahui rancangan atau desain yang sesuai dengan pembelajaran dan desain tersebut busa diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Secara garis besar desain pembelajaran terdiri dari lima langkah penting, yaitu:
- Analisis lingkungan dan kebutuhan belajar siswa.
- Merancang spesifikasi proses pembelajaran yang efektif dan efesien serta sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan belajar siswa.
- Mengembangkan bahan-bahan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
- Implementasi desain pembelajaran.
- Implementasi evaluasi formaif dan sumatif terhadap program pembelajaran
Tujuan sebuah desain pembelajaran adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran. Keempat hal tersebut mewakili pertanyaan pertanyaan berikut:
- Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau peserta ajar)
- Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
- Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik untuk dipelajari? (strategi pembelajaran)
- Bagaimanakah cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai? (prosedur evaluasi)
Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
- Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
- Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
- Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
- Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
- Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
- Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu : peserta didik, tujuan, metode, evaluasi.(Kemp, Morrison dan Ross, 1994)
1. Peserta didik
Dalam menentukan desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan disampaikan perlu diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya. Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai factor baik fisik maupun mental, misalnya kelelahan, mengantuk, bosan, dan jenuh.
2. Tujuan
Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetesi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi subkompetensi yang dapat mudah dicapai.
3. Metode
Metode terkait dengan stratei pembelajaran yang sebaiknya dirancng agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga terlihat dalam cara menentukan metode. Pada konsep ini meode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.
4. Evaluasi
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting. Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar. Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal, yaitu dengan instrument pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.
Prinsip – Prinsip Desain Instruksional (berdasarkan Teori Belajar / Psikologi dan hasil penelitian) :
- Pengulangan respon yang menyenangkan (pengulangan)
- Tujuan tujuan instruksional yang jelas (penciptaan kondisi perilaku belajar, metode dan media)
- Pemberian penguatan (umpan balik nilai, pujian, penghargaan)
- Pemberian contoh dari alam nyata
- Pemberian contoh dan non-contoh
- Perhatian dan ketekunan
- Pemecahan materi menjadi lebih kecil
- Penggunaan model
- Pemecahan keterampilan umum menjadi keterampilan khusus
- Pemberian informasi kemajuan belajar
- Perbedaan kecepatan belajar (prasyarat / entry behavior)
- Mengatur sendiri waktu, cara dan sumber
Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran (Filbeck, 2001)
- Respon-respon baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut
- Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam lingkungan peserta didik.
- Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan
- Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
- Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah
- Status mental siswa/mahasiswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa/mahasiswa selama proses belajar.
- Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu sebagian besar siswa/mahasiswa.
- Kebutuhan memecah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil akan dapat dikurangi bila materi belajar yang kompleks dapat diwujudkan dalam suatu model.
- Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan mermecahkan masalah adalah perilaku kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana
- Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila mahasiswa diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah.
- Perkembangan dan kecepatan belajar mahasiswa bervariasi, ada yang maju dengan cepat, ada yang lebih lambat.
- Dengan persiapan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan meng- organisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Desain Instruksional dapat dilakukan melalui 2 pendekatan :
- Pendekatan-pengetahuan (knowledge-oriented); peserta harus dapat menjelaskan prinsip-prinsip desain instruksional
- Pendekatan-produk (product-oriented), peserta diharuskan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam mendesain sesuatu, menghasilkan produk desain
Fungsi Desain Instruksional
Menurut Applied Research Laboratory, Pen State University terdiri dari:
Desain instruksional sebagai sebuah proses
• sebagai pengembangan yang sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan belajar dan teori instruksional untuk menjamin mutu pengajaran. Desain instruksional mencakup seluruh proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini termasuk pengembangan bahan ajar dan kegiatan, dan uji coba dan evaluasi dari semua kegiatan pengajaran dan pelajar
Desain instruksional sebagai sebuah disiplin
• cabang pengetahuan yang menaruh perhatian pada penelitian dan teori tentang strategi pembelajaran dan proses untuk mengembangkan dan penerapannya.
Desain instruksional sebagai sains
• ilmu menciptakan spesifikasi rinci untuk pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemyang memfasilitasi pembelajaran pada unit-unit besar dan kecil dari materi pelajaran di semua tingkat yang kompleks
Desain instruksional sebagai realitas
• Desain instruksional dapat mulai pada setiap titik dalam proses desain. Seringkali secercah ide dikembangkan untuk memberikan inti dari situasi instruksi. Pada saat seluruh proses dilakukan desainer melihat ke belakang dan dia atau dia memeriksa untuk melihat bahwa semua bagian dari “ilmu” telah diperhitungkan. Kemudian seluruh proses ditulis seolah-olah itu terjadi secara sistematis
Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran
Menurut Filbeck (dalam Suparman, 2001) terdapat dua belas prinsip pembelajaran dalam pembelajaran untuk dijadikan perhatian para perancang pembelajaran, yaitu:
Reiser & Dempsey, 2007 mengemukakan bahwa desain instruksional bersifat dinamis, dan makna cybernetic bahwa unsur-unsur dapat diubah dan berkomunikasi atau bekerja sama dengan mudah. Ciri-ciri dari saling tergantung, sinergis, dinamis, dan cybernetic diperlukan dalam rangka untuk memiliki proses desain instruksional yang efektif. Selain itu, desain instruksional berpusat pada belajar, berorientasi pada tujuan utama, termasuk kinerja bermakna, termasuk hasil yang terukur adalah mengoreksi diri dan empiris serta merupakan upaya kolaborasi.
Model-Model Desain Instuksional
Menurut Filbeck (dalam Suparman, 2001) terdapat dua belas prinsip pembelajaran dalam pembelajaran untuk dijadikan perhatian para perancang pembelajaran, yaitu:
- Respon-respon baru diualang sebagai akibat dari respon tersebut. Bila respon itu berakibat menyenangkan, mahasiswa (learner) cenderung untuk mengulang respon tersebut karena memelihara akibat yang menyenangkan. Implikasi dalam kegiatan pembelajaran antara lain: perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari peserta didik dan sebaliknya peserta didik harus aktif membuat respon.
- Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam lingkungan peserta didik. Implikasi prinsip ini pada teknologi pembelajaran adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai.
- Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenamgkan. Implikasi prinsip ini adalah pemberian isi pelajaran yang berguna pada peserta didik di dunia luar dan memberikan umpan balik berupa imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilannya.
- Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. Imlikasinya adalah pemberian kegiatan belajar pada peserta didik yang sesuai dan berhubungan dengan dunia nyata/kehidupan sehari-hari.
- Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah. Implikasi dari prinsip ini adalah pemberian contoh secara jelas atas materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik.
- Status mental mahasiswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan mahasiswa selama proses belajar. Imlplikasinya adalah pentingnya menarik perhatian peserta didik untuk mempelajari isi pelajaran.
- Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu sebagian besar mahasiswa. Implikasinya adalah digunakannya bahan belajar terprogram dan analisis pengalaman belajar peserta didik menjadi kegiatan-kegiatan kecil disertai latihan dan pemberian umpan balik.
- Kebutuhan memecah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil akan dapat dikurangi bila materi belajar yang kompleks dapat diwujudkan dalam suatu model. Implikasinya adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks.
- Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan mermecahkan masalah adalah perilaku kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana. Implikasinya adalah perumusan tujuan umum pembelajaran dalam bentuk hasil belajar yang operasional agar dapat dianalisis menjadi tujuan- tujuan yang lebih khusus.
- Belajar cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila mahasiswa diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah. Implikasinya adalah pengurutan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju kepada yang lebih komples dan kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan pelajaran harus diinformasikan kepadanya agar keyakinan kepada kemampuan dirinya lebih besar.
- Perkembangan dan kecepatan belajar mahasiswa bervariasi, ada yang maju dengan cepat, ada yang lebih lambat. Implikasinya adalah pentingnya penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran menjadi prasarat sebelum mempelajari materi selanjutnya dan peserta didik diberikan kesemapatan maju menurut kecepatan masing-masing.
- Dengan persiapan mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Implikasinya adalah pemberian kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain disamping yang sudah ditetapkan.
Reiser & Dempsey, 2007 mengemukakan bahwa desain instruksional bersifat dinamis, dan makna cybernetic bahwa unsur-unsur dapat diubah dan berkomunikasi atau bekerja sama dengan mudah. Ciri-ciri dari saling tergantung, sinergis, dinamis, dan cybernetic diperlukan dalam rangka untuk memiliki proses desain instruksional yang efektif. Selain itu, desain instruksional berpusat pada belajar, berorientasi pada tujuan utama, termasuk kinerja bermakna, termasuk hasil yang terukur adalah mengoreksi diri dan empiris serta merupakan upaya kolaborasi.
Model-Model Desain Instuksional
Desain instruksional atau sering sebut perencanaan pengajaran, telah lama mendapat perhatian dari pakar pengajaran. Banyak pakar yang mengembangkan model-model desain instruksional dengan pola-pola tertentu.
Secara umum, desain instruksional dirancang sebenarnya untuk menjawab 3 pertanyaan pokok, yaitu: 1. Apa yang dipelajari? (tujuan pembelajaran); 2. Apa/bagaimana prosedur dan sumber-sumber belajar yang tepat untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan? (kegiatan dan sumber) 3. Bagaimana mengetahui bahwa hasil belajar yang diharapkan tercapai(evaluasi). Dalam dunia perencanaan pengajaran harus mengenal model-model perencanaan yang dikembangkan oleh pakar misalnya: Tyler, Hilda, Taba, Dick and Carey, dan Kempt. Adanya variasi model desain tersebut disebabkan latar belakang pendekatan, prinsip, faktor sistem pendidikan yang dianut dan kemudian dikembangkan oleh masing-masing pakar.
1. Model Dick dan Carey
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah system dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekatan system. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Crey (2001) bahwa pendekatan system selalu mengacu kepada tahapan umum system pengembangan pembelajaran (Instructional System Development/ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika mengunakan istilah Instructional Design (ID) mengacu pada Instructional System Development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah yang menjadi payung bidang (Dick, Carey, dan Crey 2001).
2. Model Assure
Model Assure adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik. (wordpress.com:2011)
3. Model Jerold E. Kemp, dkk
Model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerold E. Kemp dkk berbentuk lingkaran menunjukkan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain system pembelajaran, yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya
- Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran
- Menentukan dan menganalisis karakter siswa
- Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen tugas belajar yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran
- Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa
- Membuat sistematika panyampaian materi pembelajaran secara sistematik dan logis
- Merancang strategi pembelajaran
- Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran
- Mengembangkan instrumen evaluasi
- Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran
berdasarkan penyajian diatas, menurut kalian permasalahan apa yang ada didalam pembelajaran terkait desain pembelajaran? Setelah kalian menemukan permasalahannya berikan solusi terhadap permasalahan tersebut? buatlah desain pembelajaran kimia yang ideal menurut kalian?
Masalah yang sering timbul dalam proses belajar mengajar adalah kurangnya perhatian guru terhadap siswa dan siswa kurang aktif dalam menjalani proses pembelajaran hal ini disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Dalam permasalahan inu pasti ada yang salah dalam menjalankan suatu desain pembelajaran yang telah di susun oleh guru tersebut. Salah satunya yaitu di proses mengajar guru yang kurang kesiapan nya dalam menyampainkan materi kpada siswa dan guru kurang dalam pemakaian strategi dan metode dalam belajad agar tercipta pembelajaran aktif dan kooperatif. Agar hubungan antara guru dan siswa sejalan siswa dengan siswa juga selaras. Upaya yang harus di lakukan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat di lakukan dengan memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan siswa, guru juga diharapkan membimbinh dan membantu siswa. Desain pembelajaran yg ideal adalah dengan melihat kemampuan awal peserta didik dan potensi yang dimiliki. Lalu menyusun tujuan pembelajaran dengan penjabaran kompetensi yang akan dikuasi oleh peserta didik. Menganalisis materi pembelajaran yang ingin di gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yg sudah di susun. Menganalisis aktivitas pembelajran yaitu menganalisis topik atau materi yg akan di pelajari. Mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan materi pembelajaran dan kemampuan peserta didik. Membuat strategi pembelajaran yang bisa di lakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajr. Kemudian mencari sumber belajar yang dapat di akses oleh siswa dan guru untuk memperolah materi yang akan dipelajari. Lalu menetapkan penilaian belajar yaitu pengukuran kemampuan dan kompetensi yang di kuasai oleh peserta didik.
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat dian yang mana Upaya yang harus di lakukan untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat di lakukan dengan memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. tapi anda juga mengatakan bahwa kurangnya perhatian guru terhadap siswa dan siswa kurang aktif dalam menjalani proses pembelajaran hal ini disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. proses pembelajaran yang bagaimana yang anda maksud disini?
Deleteproses pembelajaran yang dimaksud adalah saat terjadi proses belajar mengajar antara guru dan siswa kurangnya komunikasi antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya.
DeleteMenurut saya permasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran khususnya kimia yakni sulitnya anak tersebut mengolah pengetahuan yang abstrak menjadi kongkret. Lalu kita harus merumuskan pembelajaran yang dapat dijadikan solusi masalah tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan membuat suatu media yang dapat menbggambarkan konsep abstrak tsb. Kita seharusnya menggunakan suatu desain pembelajaran yang berorientasi produk dengan menerapkan model ADDIE untuk pengembangannya. ADDIE( Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi). Maka langkah pertama yang dilakukan yakni menganalisis segala kebutuhan yang ada seperti Analisis Karakteristik Siswa yang mau diajarkan, Analisis Materi, Analisis Sarana dan prasarana yang ada disekolah, Analisis Tujuan Pembelajaran yang hendak dicapai). Lalu langkah kedua kita mendesain baik itu rancangan pembelajaran berupa storyboard dari produk yang hendak dibuat, lalu pengembangan dengan cara membuat produk lalu di uji validasi produk dengan ahli serta pengguna, lalu langkah keempat dengan implementasi kepada pengguna dan terakhir evaluasi dengan melihat kembali apa ada yang perlu dievaluasi dari produk yang dihasilkan
ReplyDeletesaya setuju bahwa harus adanya media yang dapat memberikan pengetahuan yang lebih dibagian yang abstrak. namun sering kita jumpai bahwa dengan guru menggunakan media tersebut tidak memberikan persentase hasil yang signifikan sebelum dan sesudah penggunaan. bagaimana menuru mu?
DeleteYa memang media tak semata-mata mempengaruhi hasil belajar. Namun dalam mendesain suatu pembelajaran tentu guru sudah meggunakan model pembelajaran di kelas tersebut bisa saja guru mengkombinasikan penerapakn model pembelajaran dengan penggunaan media agar tercapai hasil belajar yang baik. Apabila tidak signifikan, maka kembali lagi yang mempengaruhi proses pembelajaran bukan dari sistem dalam kelas belajar bisa jadi psikologis belajar siswa saat itu lagi malaskah atau lagi ada masalahkah sperti itu
DeleteMenurut saya permasalahan yang ada didalam pembelajaran terkait desain pembelajaran yaitu masih pasifnya siswa dalam proses pembelajaran dimana guru telah sedemikian rupa mendesain sistem pembelajaran agar siswa dapat terlibat aktif sehingga dapat mencapai tuntutan kompetensinya sesuai kurikulum. Pasifnya siswa disini dapat disebabkan karena berbagai faktor. Umumnya karena siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau memang sudah tidak suka dan memang tidak mengerti dari awal. Nah kasus yang ekstrim lagi siswa pasif hanya diam saja sehingga guru akan lebih sulit mengetahui apakah siswa tersebut sudah mengerti atau belum. menurut saya solusi yang bisa di lakukan yaitu guru dapat meminta siswa tersebut untuk mengerjakan soal latihan atau quis sehingga guru tau sampai dimana pemahamannya akan materi pelajaran. Nah selanjutnnya dapat diberi bimbingan khusus terhadap siswa ini.
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat anda. kemudian bimbingan seperti apa yang ana tawarkan untu mengurangi permasalahan tersebut?
Deletesaya sependapat dengan saudari syafira. permasalahan yang ada didalam pembelajaran terkait desain pembelajaran yaitu masih pasifnya siswa dalam proses pembelajaran dimana guru telah sedemikian rupa mendesain sistem pembelajaran agar siswa dapat terlibat aktif sehingga dapat mencapai tuntutan kompetensinya sesuai kurikulum. terkait tanggapan dari triharyati, saya akan mengembangkan pola bimbingan diluar jam wajib dikelas. bisa jadi memanfaatkan waktu istirahat.
Deletemenjawab pertanyaan tri, menurut saya permasalahan yang sering muncul dalam penerapan desain pembelajaran yakni sulitnya mengurangi tingkat miskomunikasi antara guru dan siswa akibat kurangnya pemahaman siswa, miskomunikasi disini maksudnya bahwa pada saat pembelajaran guru menginginkan siswa melakukan sesuatu sesuai yang direncanakan, sedangkan yang terjadi tidak demikian. maka dari itu hendaknya kita bisa memilih desain apa yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa yang kita ajarkan. tak peduli apapun desain yang digunakan yang terpenting adalah apakah desain itu relevan dengan kondisi siswa dan kebutuhnanya dan apakah desain itu nantinya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara optimal
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat kk rini yang menyatakan bahwa tak peduli apapun desain yang digunakan yang terpenting adalah apakah desain itu relevan dengan kondisi siswa dan kebutuhannya. berdasarkan dari permasalahan yang kk rini berikan, desain atau solusi apa yang kk rini tawarkan untuk mengurangi permasalahan tersebut?
Deletemenurut saya solusi yang cukup efektif dalam mengatasi permasalahan yang saya angkat yakni dengan melakukan analisis kebutuhan (baik kebutuhan siswa/sarana prasarana/materi/alokasi waktu dll) sebellum mendesain suatu sistem pembelajaran. jika analisis dilakukan secara terperinci maka hambatan yag muncul didalam pembelajaran pun dapat teratasi
Deletemenurut saya kesalahan yang kadang juga timbul yaitu mamaksa peserta didik harus bisa memahami materi yang dijarkan
ReplyDeleteIngatlah bahwa setiap peserta didik memiliki keahlian yang berbeda-beda dalam menguasai pelajaran. sebagai pendidik sangat perlu memberikan motivasi dan inspirasi kepada para peserta didik untuk memperdalam pelajaran yang dikuasai dan disukai. Jika kita memaksa, kemungkinan besar kemampuan peserta didik hanya berada di tengah-tengah tanpa keahlian pasti. Amanah kita sebagai pendidik adalah mendidik mereka untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara.
saya setuju bahwa ebagai pendidik adalah mendidik mereka untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara. akan tetapi peserta didik harus dapat memahaminya mau atau tidaknya mereka. solusi apa yang anda tawarkan disini jika guru tidak bisa memaksa peserta didik?
ReplyDeletesolusi apa yang anda tawarkan disini jika guru tidak bisa memaksa peserta didik?
Deletesaya merasa sedih membacanya, guru kok memaksa.
jadi seperti ini ya, menurut saya peserta didik akan menolak apa yang kita beri jika ia tidak tau manfaatnya/ kegunaanya bagi dia. disinilah yg dibilang guru itu memaksa yang anda maksud.
tetapi kita seorang guru tidak diajarkan begitu, kita pahami karakternya, kita pikirkan bagaimana ia mudah memahami materi sesuai kebutuhannya, walaupun itu sulit, kita motivasi terus, kita arahkan terus agar ia memahami, walaupun terkesan memaksa.
Deletemenurut saya masalah yang sering timbul dalam proses pembelajaran kimia adalah kurangnya kemampuan guru dalam menyampaikan ataupun mengemas materi agar dapat sampai kepada siswa menurut persepsi mereka. guru jarang memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai materi kimia sehingga anak pun berpikir bahwa kimia tidak memiliki pengaruh apa" dalam hidup mereka. artinya, guru tidak memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak. solusinya menurut saya, guru harus lebih banyak update mengenai model, strategi, metode, media dan bentuk pengemasan rancangan pembelajaran lainnya sehingga anak benar" tau apa yang mereka pelajari dan apa manfaatnya bagi mereka. contoh misalnya dalam materi koloid, guru mengajak siswa untuk menonton video tentang proses pembuatan ice cream, atau proses pembentukan mutiara oleh kerang dan guru mengajak siswa untuk bereksperimen membuat sabun/ice cream misalnya. setelah siswa tau, pikiran mereka akan terkonstruk untuk berpikir bahwa 'aku bisa membuat usaha dari koloid ini'. yang artinya salah satu soft skill "berkompetisi" mulai ada pada diri anak dan lama kelamaan akan terasah. dari sini, anak akan sadar bahwa penting bagi mereka untuk belajar kimia.
ReplyDeletesaya sependapat dengan kak rina bahwa kurangnya kemampuan guru dalam menyampaikan ataupun mengemas materi agar dapat sampai kepada siswa menurut persepsi mereka. guru jarang memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai materi kimia sehingga anak pun berpikir bahwa kimia tidak memiliki pengaruh apa" dalam hidup mereka hal ini merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam proses pembeljaran kimia
Deletemasalah belajar yg sering timbul adalah sebagai berikut :
ReplyDelete1. Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan exstra harus dimanfa’atkan secara baik oleh guru dan orang tua, karena ketrampilan setiap anak didik sangatlah berbeda-beda, sehingga bisa mengeluarkan dan memulai ketrampilannya sejak dari kecil dan diharapkan bisa mengembangkannya.
2. Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi. Ketrampilan dalam belajar bisa menunjang prestasi belajar siswa karena siswa akan lebih banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan dari proses pembelajaran yang semestinya.
3. Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Sebenarnya setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap siswa yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda dan disinalah letak kerja exstra guru dalam memberikan pengajaran yang lebih agar siswa yang kurang mampu dalam menerima pelajaran tidak terlihat sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan siswa yang penerimaan pelajarannya sangat cepat.
4. Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang meliputi dari lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan anak, jika lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat belajar yang tinggi, pastinya siswa tersebut bisa termotivasi untuk menjadi anak yang pintar, namun sebaliknya kurangnya motivasi belajar siswa bisa mempengaruhi proses belajar dan akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam pembelajaran.
5. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya, maka sikap dan kebiasaan yang baik bisa menunjang kelancaran proses belajar anak. Hal ini disebabkan anak akan cenderung rajin belajar dari pada siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan yang buruk.
sependapat dengan wiwid terhadap permasalahan dalam pembelajaran yang sering timbul atau kita rasakan. oleh sebab itu, benar benar dibutuhkan kompetensi pendidik yang baik untuk menangani masalah-masalah tersebut
DeleteSaya akan mencoba menjawab permasalahan yang pertama Masalah yang sering timbul dalam proses belajar mengajar adalah kurangnya perhatian guru terhadap siswa dan siswa kurang aktif dalam menjalani proses pembelajaran hal ini disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya. Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai ini yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
ReplyDeleteMenurut saya permasalahan yang timbul dalam proses belajar mengajar yaitu guru jarang memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai materi kimia sehingga anak pun berpikir bahwa kimia tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam kehidupan mereka. kemudian Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang meliputi dari lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan anak, jika lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat belajar yang tinggi, pastinya siswa tersebut bisa termotivasi untuk menjadi anak yang pintar, namun sebaliknya kurangnya motivasi belajar siswa bisa mempengaruhi proses belajar dan akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam pembelajaran. kurangnya perhatian guru terhadap siswa dan siswa kurang aktif dalam menjalani proses pembelajaran hal ini disebabkan kurangnya hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Sebenarnya setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap siswa yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda dan disinilah letak kerja exstra guru dalam memberikan pengajaran yang lebih agar siswa yang kurang mampu dalam menerima pelajaran tidak terlihat sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan siswa yang penerimaan pelajarannya sangat cepat.
ReplyDelete