Proses pembelajaran Kimia Abad 21
Proses pembelajaran Kimia Abad 21
Abad 21 dapat dikatakan sebagai abad pengetahuan – sebuah abad yang ditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan (Soh, Arsyad & Osman, 2010). Proses transformasi ini juga ditandai dengan terjadinya seperangkat perubahan sosial dan budaya masyarakat akibat munculnya globalisasi dan derasnya arus informasi.
Di tengah ketatnya ketidakpastian dan tantangan yang dihadapi setiap orang inilah, maka dibutuhkan perubahan paradigma dalam sistem pendidikan yang harus dapat menyediakan seperangkat keterampilan abad 21 yang dibutuhkan oleh peserta didik guna menghadapi setiap aspek kehidupan global (Soh, Arsad & Osman, 2010). Perubahan yang dimaksud bukanlah menyangkut perubahan konten kurikulum, melainkan perubahan pedagogi, yaitu perubahan dalam bertindak dari simple action ke arah comprehensive action dan peralihan dominasi pengajaran tradisional menuju pengajaran berbasis teknologi.
Jadi, tujuan dari pendidikan abad 21 adalah mendorong peserta didik agar menguasai keterampilan-keterampilan abad 21 yang penting dan berguna bagi mereka agar lebih responsif terhadap perubahan dan perkembangan jaman. Hal yang terpenting dalam pendidikan abad 21 adalah mendorong peserta didik agar memiliki basis pengetahuan dan pemahaman yang mendalam untuk dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat (life-long learner). Dengan demikian, system pendidikan perlu mempertimbangkan sejumlah aspek yang menjadi domain dalam pendidikan abad 21. Salah satu domain yang sangat penting dalam pendidikan abad 21 adalah “Digital-Age Literacy” menurut dokumen yang ditetapkan dalam enGauge 21st Century Skills (NCREL & Metiri Group, 2003).
Senada dengan hal tersebut, lewat bukunya yang berjudul The New Division of Labour, Levy & Murnane (2004), mengungkapkan bagaimana komputer mempengaruhi pekerjaan dan memunculkan apa yang disebut sebagai “Otomatisasi”. Levy & Murnane (2004), selanjutnya mengungkapkan bahwa tugas-tugas yang memerlukan keahlian berpikir (expert thinking) dan komunikasi yang kompleks (complex communication) menjadi sangat penting bagi setiap orang dimasa depan, sedangkan tugas-tugas yang bersifat routine cognitive, routine manual dan non-routine manual akan berkurang setiap tahunnya.
Karteristik Abad 21
Richard Crawford menyebut proses transformasi abad 21 ini sebagai Era of Human Capital (dalam Sidi, 2003), suatu era di mana ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi berkembang sangat pesat yang berdampak pada persaingan bebas yang begitu ketat dalam segala aspek kehidupan manusia. Partnership for 21st Century Skills (2008) menggambarkan perubahan tersebut sebagai berikut:
In an economy driven by innovation and knowledge, in marketplaces engaged in intense competition and constant
Perkembangan informasi ini ternyata berdampak luas pada perubahan politik dan ekonomi yang ditandai oleh terjadinya kerjasama skala global-horizontal di seluruh dunia. Dalam skala Asia misalnya, negara-negara yang berada di kawasan ini telah menentukan kesepakatan bersama, yaitu mulai tahun 2003 Asia menerapkan pasar bebas yang disebut dengan Asian Free Trade Area (AFTA) dan Negaranegara di Asia Tenggara menetapkan apa yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Dengan era pasar bebas tersebut, setiap orang dituntut agar dapat menghadapi persaingan bebas. Untuk dapat bersaing di era globalisasi seperti saat ini, seorang ekonom Alan Bidder (dalam Levy & Murnane, 2004), mengungkapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan membuat keputusan, dan kemampun untuk berkomunikasi menjadi kunci agar kebal terhadap berkembangnya otomatisasi dan globalisasi. Konsekuensi logisnya adalah bahwa keberadaan sumber daya manusia yang unggul dan memadai di masa yang mendatang menempati posisi yang sangat penting dan strategis.
Pendidikan Abad 21
Tidak dapat dipungkiri bahwa ide dasar pendidikan adalah membangun manusia supaya dia bisa survive melindungi diri terhadap alam serta mengatur hubungan antar-manusia, terlebih ketika pendidikan dihadapkan pada era dimana setiap orang harus berkompetisi pada berbagai sektor kehidupan pada abad 21. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan di abad 21 harus senantiasa adaptif terhadap perubahan jaman.
Sistem pendidikan yang adaptif bermakna perlunya sinergitas antara rancangan proses pendidikan dengan perkembangan pengetahuan terkini yang oleh Hawes-Neisbitt (2005) disebut sebagai ‘modern education’ dan oleh Mark Treadwell (2011) disebut sebagai “Nouvelle Comprehension”. Sadar akan pentingnya tuntutan “penciptaan” SDM yang unggul, maka sistem serta model pendidikan pun harus mengalami transformasi.
Perubahan pendekatan pola penyelenggaraan pembelajaran dari yang berorientasi pada diseminasi materi mata pelajaran menjadi pembelajaran dari berbagai perspektif ilmu pengetahuan (multidisiplin atau ragam mata ajar) menjadi hal krusial yang diperlukan saat ini. Contoh-contoh kasus sehari-hari yang ditemui di masyarakat, masalah-masalah yang bersifat dilematis atau paradoks, tantangan riset yang belum terpecahkan, simulasi kejadian di dunia nyata, merupakan sejumlah contoh materi pelajaran kontekstual yang dapat dicerna oleh peserta ajar dengan mudah. Trilling & Fadel (2009), menyampaikan bahwa di abad 21 pendidikan harus senantiasa bergerak sejalan dengan kemajuan zaman – pergerakan ini didasarkan atas perubahan paradigma pendidikan dari yang bersifat konvensional menuju pendidikan abad modern. Rangkuman pergeseran paradigma tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Lebih lanjut BNSP (2010), menyatakan bahwa untuk mencapai pendidikan abad 21 diperlukan perubahan pada model pendidikan di masa datang, yakni: proses pembelajaran: dari berpusat pada guru menuju berpusat pada peserta didik, dari isolasi menuju lingkungan jejaring, dari pasif menuju aktifmenyelidiki, dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, dari alat tunggal menuju alat multimedia, dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan, dari usaha sadar tunggal menuju jamak, dan dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
Aspek keterampilan dalam domain Digital-Age Literacy berdasarkan enGauge 21st Century Skill
Di abad 21, kemampuan literasi tidak hanya terbatas paka kemampuan membaca, mendengar, menulis dan berbicara secara lisan, namun lebih daripada itu, kemampuan literasi ditekankan pada kemampuan literasi yang terkoneksi satu dengan lainnya di era digital seperti saat ini.
NCREL & Metiri Group, (2003), dalam enGauge 21st Century Skills, menyatakan bahwa literasi di era digital mencakup beberapa komponen, antara lain: (1). Literasi dasar – kemampuan dalam berbahasa (khususnya bahasa inggris) dan kemampuan matematis; (2) Literasi sains – pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan proses sains; (3) Literasi teknologi – pengetahuan tentang apa itu teknologi, bagaimana cara kerjanya dan bagaimana cara menggunakannya secara efektif dan efisien; (4) Literasi ekonomi – pengetahuan tentang masalah, situasi dan perkembangan ekonomi; (5) Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan, menginterpretasikan dan menghasilkan gambar dan video menggunakan media konvensional dan modern; (6) Literasi informasi – kemampuan untuk memperoleh, menggunakan dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien dari berbagai sumber; (7) Literasi multicultural – kemampuan untuk mengapresiasi perbedaan nilai, keyakinan dan budaya orang lain; dan (8) Kesadaran global – kemampuan untuk memahami dan permasalahan di tingkat global.
Pengertian Literasi Sains dan Literasi Kimia
Literasi sains (LS) sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Namun, sejak dua dekade terakhir, literasi sains menjadi topik utama dalam setiap pembicaraan mengenai tujuan pendidikan sains di sekolah. Literatur dalam bidang pendidikan sains juga menunjukkan bahwa literasi sains semakin diterima dan dinilai oleh para pendidik sebagai hasil belajar yang diharapkan (Lederman, 2014). Trend dalam kebijakan pendidikan sains di abad 21 ini menekankan pentingnya literasi sains dalam pendidikan sains sebagai transferable outcome (Fives et al, 2014). Diskusi tentang tujuan pendidikan sains seringkali diawali dengan isu “literasi sains” dan frasa itu mewakili harapan kita tentang apa yang seharusnya diketahui dan mampu dilakukan oleh siswa sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Walaupun sebenarnya, pengertian literasi sains itu sendiri jika dikaitkan dengan implementasi pembelajarannya di kelas masih dapat diperdebatkan karena istilah literasi sains itu cenderung abstrak sehingga menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam berkaitan dengan hasil belajar yang diharapkan. Namun secara global telah disepakati bahwa tujuan utama mengembangkan literasi sains adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam memahami perdebatan sosial mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait sains dan teknologi dan turut berpartisipasi didalam perdebatan itu (Roth & Lee, 2004). Literasi sains memfokuskan pada membangun pengetahuan siswa untuk menggunakan konsep sains secara bermakna, berfikir secara kritis dan membuat keputusankeputusan yang seimbang dan memadai terhadap permasalahan-permasalahan yang memiliki relevansi terhadap kehidupan siswa. Akan tetapi masih sering dijumpai bahwa praktek pembelajaran sains di berbagai negara mengabaikan dimensi sosial pendidikan sains dan dorongan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat (Hofstein, Eilks & Bybee, 2011).
Definisi literasi kimia berasal dari definisi literasi sains dan dapat didefinisikan dari dua kerangka teoritis utama, yaitu definisi Program for International Student Assessment, PISA (OECD, 2006; OECD, 2015) dan definisi Shwartz et al (2005, 2006a) yang dibangun atas dasar kesepakatan antara ilmuwan, pendidik, dan guru kimia Sebenarnya, kedua definisi ini bersumber dari definisi literasi sains yang dikemukakan oleh Bybee (1997).
OECD (2016:3) menjelaskan bahwa dalam upaya memahami dan terlibat dalam diskusi kritis tentang isu-isu sains dan teknologi, ada tiga kompetensi spesifik dalam literasi sains yang dibutuhkan yaitu menjelaskan fenomena sains secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan atau inkuiri, dan menafsirkan data secara ilmiah. Semua kompetensi tersebut membutuhkan pengetahuan. Menjelaskan fenomena sains dan teknologi secara ilmiah membutuhkan pengetahuan tentang materi sains yang disebut pengetahuan konten (content knowledge), kompetensi kedua dan ketiga membutuhkan lebih dari pengetahuan yang diketahui, yaitu pemahaman tentang bagaimana pengetahuan ilmiah tersebut dibangun dan diyakini. Pengetahuan ini disebut dengan pengetahuan prosedural (procedural knowledge) dan pengetahuan epistemik (epistemic knowledge). Pengetahuan prosedural merupakan standar prosedur yang mendasari metode yang beragam dan praktek yang digunakan untuk membangun pengetahuan ilmiah. Pengetahuan epistemik beberapa menyebutnya sebagai hakekat sains (nature of science) (Lederman, 2006:831), “ide-ide tentang sains” (Millar & Osborne, 1998), atau praktek ilmiah (scientific practices) (NRC, 2012).
Menurut Shwartz et al. (2006a) literasi kimia mencakup empat domain, yaitu:
1. Pengetahuan materi kimia dan gagasan ilmiah
a. Gagasan ilmiah umum
• Kimia adalah disiplin ilmu eksperimental. Kimiawan melakukan inkuiri ilmiah, membuat generalisasi, dan mengajukan teori untuk menjelaskan fenomena alam semesta.
• Kimia adalah disiplin ilmu eksperimental. Kimiawan melakukan inkuiri ilmiah, membuat generalisasi, dan mengajukan teori untuk menjelaskan fenomena alam semesta.
• Kimia menyediakan pengetahuan yang digunakan untuk menjelaskan fenomena dalam bidang lain, misalnya ilmu bumi atau ilmu biologi.
b. Ide-ide pokok kimia
• Kimia mencoba menjelaskan fenomena makroskopis dalam bentuk struktur molekul materi.
• Kimia menyelidiki dinamika proses dan reaksi.
• Kimia menyelidiki perubahan energi yang terjadi dalam reaksi kimia.
• Kimia bertujuan memahami dan menjelaskan kehidupan dikaitkan dengan struktur kimia dan proses dalam sistem kehidupan.
• Kimia menggunakan bahasa khusus. Orang yang berliterasi tidak harus menggunakan bahasa ini, tapi sebaiknya mengapresiasi kontribusi bahasa tersebut pada perkembangan disiplin kimia.
2. Kimia dalam konteks
Seseorang yang berliterasi kimia harus dapat:
• Mengakui pentingnya pengetahuan kimia dalam menjelaskan fenomena/situasi dalam kehidupan sehari-hari.
• Menggunakan pemahamannya tetang kimia dalam kehidupannya sehari-hari, sebagai konsumen produk dan teknologi baru, dalam pengambilan keputusan, dan dalam keikutsertaannya dalam perdebatan sosial tentang isu-isu terkait kimia.
• Memahami hubungan antara inovasi kimia dengan proses sosial.
3. Keterampilan belajar tingkat tinggi
Seseorang yang berliterasi kimia mampu:
• Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
• Menjelaskan fenomena ilmiah
• Menggunakan bukti-bukti ilmiah
• Mengevaluasi pro/kontra
• perdebatan.
4. Aspek afektif.
Seseorang yang berliterasi kimia memiliki pandangan yang adil dan rasional terhadap kimia dan aplikasinya, menunjukkannya minat terhadap masalah-masalah terkait kimia, khususnya di lingkungan non formal seperti media massa. Ratcliffe and Millar (2009) mengemukakan bahwa sikap merupakan aspek yang penting dalam literasi sains karena tanggapan siswa terhadap isu-isu ilmiah menunjukkan ketertarikannya terhadap isu-isu tersebut, seberapa besar dukungan mereka terhadap isu-isu tersebut dan rasa tanggung jawab yang mereka miliki terhadap situasi tersebut.
Berdasarkan pembahasan diatas, bagaimana hubungan perkembangan proses pembelaj ran kimia abad 21 dengan literasi? Berikanlah satu contoh pembelajran kimia yang menggunakan prinsip abad 21? Dan berikanlah inovasi yang anda berikan di proses pembelajaran yang saat ini berlangsung?
Dalam pembelajaran abad 21 ada 16 keterampilan yang identifikasi oleh world economic forum salah satunya yaitu literasi sains. Literatur dalam bidang pendidikan sains juga menunjukkan bahwa literasi sains semakim diterima dan di nilai oleh para pendidik sebagai hasil belajar yanh di harapkan. Trend dalam kebijakan pendidkan sains di abad 21 ini menekankan pentingnya literasi sains dalam pendidikan sains sebagai transferable outcom. Sehingga hubungan antara pembelajaran abad 21 dengan literasi saling berhubungan. Contoh dalam pembelajaran kimia yaitu dalam materi laju reaksi. Disini siswa dituntut harus memiliki keterampilan literasi sains. Terutama literasi kimia. Literasi memfokuskan siswa dalam kemampuaan dalam menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan dalam menarik kesimpulan berdasarkan bukti dalam rangka memahami dan membuat krputusan tentang alam semsta dan melakukan berbagai perubahan melalui aktivitas manusia. Nah untuk mewujudkan literasi itu. Kita bisa memberikan pmbelajran dengan berbasis inkuiri didukung oleh teknologi. Yaitu belajar dimulai dengam suatu penyelidikan suatu masalah yng erat kaitannya dengan kehidupan sehari hari. Siswa di minta untuk mengidentifikasi masalah melakukan percobaan untuk pembuktian dan memecahkan masalah yang sudah di identifikasi nya tdi. Contoh dalam laju reaksi. Permasalahannya adalah kenapa garam yang di larutkan dalam air panas itu lebih cpat larut di bandingkan dengan air biasa. Guru menunjukkan permaslahan dengan bantuan multimedia agar siswa bisa melihat langsung permasalahannya. Kemudian siswa diminta mengidentifikasi kan masalah tdi lalu membuktikan dengan prosedural atau eksperimen apakah benar dugaan siswa tdi. Kemudian siswa di minta untuk memecahkan masalah kemudian membuat keputusan tentang yg sudah dia amati dan pelajari. Nah dari sini pembelajaran sudah berpusat kepada siswa. Karena smua yg melalukan kegiatan adalah siswa dyg dibantu oleh guru.dan juga siswa mampu berargumen dalam proses pembelajaran karena siswa mengalami langsung atau terlibat langsung selama proses pembelajaran disini la keterampilan literasi siswa akan terlihat.
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat anda, tapi sudahkah disekolah menerapkan hal tersebut?
Deletemenindaklanjuti pendapat dian, saya akan menambahkan jawaban dari pertanyaan tri yakni sudahkah disekolah menerapkan hal tersebut?
Deletemenurut saya sudah ada beberapa sekolah yang menerapkannya, salah satunya SMAN TT (oleh ibu yustina) tapi tentu saja tidak semua sekolah telah menerapkannya, penerapan model belajar seperti ini tergantung gurunya, kreatif dan inovatif kah beliau dalam mengajar? guru kan memiliki cara/strategi tersendiri dalam menyampaikan materi yang akan diajarkannya. nah bagi guru yang kurang berinovasi, diupayakan lah oleh pemerintah untuk mendaapatkan pendidikan dan pelatihan sehingga kemampuan berinovasinya meningkat sehingga nanti pada akhirnnya semua sekolah secara menyeluruh dapat menerapkan model yang cocok dan dapat menningkatkan soft skill, hardskill, karakter serta kempampuan berliterasi siswa.
menjawab permasalahan pertama Di abad 21, kemampuan literasi tidak hanya terbatas paka kemampuan membaca, mendengar, menulis dan berbicara secara lisan, namun lebih daripada itu, kemampuan literasi ditekankan pada kemampuan literasi yang terkoneksi satu dengan lainnya di era digital seperti saat ini.
ReplyDeleteNCREL & Metiri Group, (2003), dalam enGauge 21st Century Skills, menyatakan bahwa literasi di era digital mencakup beberapa komponen, antara lain: (1). Literasi dasar – kemampuan dalam berbahasa (khususnya bahasa inggris) dan kemampuan matematis; (2) Literasi sains – pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan proses sains; (3) Literasi teknologi – pengetahuan tentang apa itu teknologi, bagaimana cara kerjanya dan bagaimana cara menggunakannya secara efektif dan efisien; (4) Literasi ekonomi – pengetahuan tentang masalah, situasi dan perkembangan ekonomi; (5) Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan, menginterpretasikan dan menghasilkan gambar dan video menggunakan media konvensional dan modern; (6) Literasi informasi – kemampuan untuk memperoleh, menggunakan dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien dari berbagai sumber; (7) Literasi multicultural – kemampuan untuk mengapresiasi perbedaan nilai, keyakinan dan budaya orang lain; dan (8) Kesadaran global – kemampuan untuk memahami dan permasalahan di tingkat global.
Trend dalam kebijakan pendidikan sains di abad 21 ini menekankan pentingnya literasi sains dalam pendidikan sains sebagai transferable outcome (Fives et al, 2014). Diskusi tentang tujuan pendidikan sains seringkali diawali dengan isu “literasi sains” dan frasa itu mewakili harapan kita tentang apa yang seharusnya diketahui dan mampu dilakukan oleh siswa sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Walaupun sebenarnya, pengertian literasi sains itu sendiri jika dikaitkan dengan implementasi pembelajarannya di kelas masih dapat diperdebatkan karena istilah literasi sains itu cenderung abstrak sehingga menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam berkaitan dengan hasil belajar yang diharapkan. Namun secara global telah disepakati bahwa tujuan utama mengembangkan literasi sains adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam memahami perdebatan sosial mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait sains dan teknologi dan turut berpartisipasi didalam perdebatan itu (Roth & Lee, 2004). Literasi sains memfokuskan pada membangun pengetahuan siswa untuk menggunakan konsep sains secara bermakna, berfikir secara kritis dan membuat keputusankeputusan yang seimbang dan memadai terhadap permasalahan-permasalahan yang memiliki relevansi terhadap kehidupan siswa.
sudahkah guru-guru menrapkan hal tersebut dan menurut anda bagaimana cara anda meneraokan literasi pada pembelajaran kimia?
DeleteSalah satu cara yang dapat dilakukan untuk terus membantu peserta didik mengembangakan literasi kimia, adalah dengan menerapkan beberapa pendekatan atau model pembelajaran, dan mengembangkan soal-soal serta instrumen evaluasi yang dapat meningkatkan kemampuan literasi kimia peserta didik. Untuk mengetahui perkembangan
Deletekemampuan literasi kimia peserta didik, tentu perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana kemampaun literasi yang telah mereka miliki.
Literasi dalam pembelajaran kimia merupakan salah satu elemen penting yang harus dikembangkan dalam pendidikan. Literasi dalam pembelajaran kimia berhubungan dengan semua manusia dari segala umur, semua jenjang pendidikan baik sains maupun non sains. Gilbert dan Treagust; 2009 (dalam Lin, 2009) mengklaim bahwa banyak aspek literasi dalam pembelajaran kimia yang memiliki aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memungkinkan seseorang menjadi warga negara yang lebih baik dan memungkinkan seseorang untuk memahami laporan dan mendiskusikan tentang ilmu kimia dan bahanbahan kimia, serta dapat mengatasi berbagai isu lingkungan dalam kehidupan sehari-hari seperti efek rumah kaca, penipisan ozon, keasaman, dan
ReplyDeletesebagainya. Literasi dalam pembelajaran kimia menurut Shwartz, Ben-Zvi, & Hofstein, 2005 (dalam Gilbert and Treagust, 2009), melibatkan beberapa komponen, seperti:
1. Memahami sifat kimia, norma-norma dan metode. Artinya, bagaimana ahli kimia bekerja dan bagaimana produk-produk yang dihasilkan diterima sebagai pengetahuan ilmiah;
2. Memahami teori, konsep dan model kimia. Subyek terletak pada teori yang memiliki aplikasi luas;
3. Memahami bagaimana ilmu kimia dan teknologi berbasis kimia berhubungan satu sama lain. Ilmu kimia berusaha menghasilkan penjelasan tentang alam, sedangkan teknologi kimia berusaha untuk mengubah dunia itu sendiri. Konsep dan model yang dihasilkan oleh kedua bidang memiliki keterkaitan kuat, sehingga satu sama lain saling berpengaruh.
4. Menghargai dampak ilmu kimia dan teknologi kimia yang terkait dengan masyarakat. Memahami sifat dari fenomena kimia yang berlaku. Menghasilkan perubahan atau variasi pada fenomena yang lebih baik dengan cara mengubah dunia yang kita lihat.
Contohnya dalam pembelaran kimia yaitu misalkan dalam materi asam dan basa diberikan terlebih dahulu contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hasi peserta didik, kemudian peserta didik di berikan masalah tentang bagaimana membedakan larutan asam dan basa. Selanjutnya siswa diminta untuk memperaktekkan cara mereka untuk dapat membekadakn kedua larutan tersebut. selanjutnya siswa diminta untuk menyimpulkan sendiri apa yang mereka peroleh.
inovasi apa yang anda tawarkan agar pembelajaran yang anda ajarkan dapat sesuai dengan inovasi pembelajaran kimia abad 21?
DeleteNCREL & Metiri Group, (2003) menyatakan bahwa literasi di era digital mencakup beberapa komponen, antara lain: (1). Literasi dasar – kemampuan dalam berbahasa (khususnya bahasa inggris) dan kemampuan matematis; (2) Literasi sains – pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan proses sains; (3) Literasi teknologi – pengetahuan tentang apa itu teknologi, bagaimana cara kerjanya dan bagaimana cara menggunakannya secara efektif dan efisien; (4) Literasi ekonomi – pengetahuan tentang masalah, situasi dan perkembangan ekonomi; (5) Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan, menginterpretasikan dan menghasilkan gambar dan video menggunakan media konvensional dan modern; (6) Literasi informasi – kemampuan untuk memperoleh, menggunakan dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien dari berbagai sumber; (7) Literasi multicultural – kemampuan untuk mengapresiasi perbedaan nilai, keyakinan dan budaya orang lain; dan (8) Kesadaran global – kemampuan untuk memahami dan permasalahan di tingkat global. Lalu hubungannya dengan pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran tidak berpusat pada guru lagi melainkan pada siswa dimana salah satunya siswa harus menerapkan 4C (Komunikasi, Berpikir kritis, Kolaborasi, Kreasi) Maka disini siswa yang membangun konsep literasi dengan kemampuan 4C tadi
ReplyDeletesaya sangat sependapat dengan fani dimana pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran tidak berpusat pada guru lagi melainkan pada siswa dimana salah satunya siswa harus menerapkan 4C (Komunikasi, Berpikir kritis, Kolaborasi, Kreasi) Maka disini siswa yang membangun konsep literasi dengan kemampuan 4C
DeleteMenjawab pertanyaan saudari tri,membahas literasi dalam pembelajaran kimia yg sudah di bahas di artikel anda bahwa,
ReplyDeleteMenurut Shwartz et al. (2006a) literasi kimia mencakup empat domain, yaitu:
1. Pengetahuan materi kimia dan gagasan ilmiah
Seorang yang berliterasi kimia akan memahami:
a. Gagasan ilmiah umum
• Kimia adalah disiplin ilmu eksperimental. Kimiawan melakukan inkuiri ilmiah, membuat generalisasi, dan mengajukan teori untuk menjelaskan fenomena alam semesta.
• Kimia menyediakan pengetahuan yang digunakan untuk menjelaskan fenomena dalam bidang lain, misalnya ilmu bumi atau ilmu biologi.
b. Ide-ide pokok kimia
• Kimia mencoba menjelaskan fenomena makroskopis dalam bentuk struktur molekul materi.
• Kimia menyelidiki dinamika proses dan reaksi.
• Kimia menyelidiki perubahan energi yang terjadi dalam reaksi kimia.
• Kimia bertujuan memahami dan menjelaskan kehidupan dikaitkan dengan struktur kimia dan proses dalam sistem kehidupan.
• Kimia menggunakan bahasa khusus. Orang yang berliterasi tidak harus menggunakan bahasa ini, tapi sebaiknya mengapresiasi kontribusi bahasa tersebut pada perkembangan disiplin kimia.
2. Kimia dalam konteks
Seseorang yang berliterasi kimia harus dapat:
• Mengakui pentingnya pengetahuan kimia dalam menjelaskan fenomena/situasi dalam kehidupan sehari-hari.
• Menggunakan pemahamannya tetang kimia dalam kehidupannya sehari-hari, sebagai konsumen produk dan teknologi baru, dalam pengambilan keputusan, dan dalam keikutsertaannya dalam perdebatan sosial tentang isu-isu terkait kimia.
• Memahami hubungan antara inovasi kimia dengan proses sosial.
3. Keterampilan belajar tingkat tinggi
Seseorang yang berliterasi kimia mampu:
• Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
• Menjelaskan fenomena ilmiah
• Menggunakan bukti-bukti ilmiah
• Mengevaluasi pro/kontra
• perdebatan.
4. Aspek afektif.
Seseorang yang berliterasi kimia memiliki pandangan yang adil dan rasional terhadap kimia dan aplikasinya, menunjukkannya minat terhadap masalah-masalah terkait kimia, khususnya di lingkungan non formal seperti media massa. Ratcliffe and Millar (2009) mengemukakan bahwa sikap merupakan aspek yang penting dalam literasi sains karena tanggapan siswa terhadap isu-isu ilmiah menunjukkan ketertarikannya terhadap isu-isu tersebut, seberapa besar dukungan mereka terhadap isu-isu tersebut dan rasa tanggung jawab yang mereka miliki terhadap situasi tersebut.
saya sependapat dengan kk rahma
Deletebagaimana hubungan perkembangan proses pembelajaran kimia abad 21 dengan literasi?
literasi kimia mencakup empat domain, yaitu:
1. Pengetahuan materi kimia dan gagasan ilmiah
2. Kimia dalam konteks
3. Keterampilan belajar tingkat tinggi
4. Aspek afektif.
dan menurut NCREL & Metiri Group, (2003), dalam enGauge 21st Century Skills, menyatakan bahwa literasi di era digital mencakup beberapa komponen, antara lain: (1). Literasi dasar – kemampuan dalam berbahasa (khususnya bahasa inggris) dan kemampuan matematis; (2) Literasi sains – pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan proses sains; (3) Literasi teknologi – pengetahuan tentang apa itu teknologi, bagaimana cara kerjanya dan bagaimana cara menggunakannya secara efektif dan efisien; (4) Literasi ekonomi – pengetahuan tentang masalah, situasi dan perkembangan ekonomi; (5) Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan, menginterpretasikan dan menghasilkan gambar dan video menggunakan media konvensional dan modern; (6) Literasi informasi – kemampuan untuk memperoleh, menggunakan dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien dari berbagai sumber; (7) Literasi multicultural – kemampuan untuk mengapresiasi perbedaan nilai, keyakinan dan budaya orang lain; dan (8) Kesadaran global – kemampuan untuk memahami dan permasalahan di tingkat global. Lalu hubungannya dengan pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran tidak berpusat pada guru lagi melainkan pada siswa dimana salah satunya siswa harus menerapkan 4C (Komunikasi, Berpikir kritis, Kolaborasi, Kreasi) Maka disini siswa yang membangun konsep literasi dengan kemampuan 4C.
Literasi sains, termasuk literasi kimia, sangat perlu untuk diajarkan kepada siswa agar mereka dapat hidup ditengah-tengah masyarakat modern abad 21. Berbagai upaya telah dilakukan diberbagai negara termasuk Indonesia untuk meningkatkan literasi sains dan literasi kimia siswa, misalnya upaya diluncurkannya kurikulum baru 2013. Namun guru kimia sebagai tonggak penentu keberhasilan dari upaya tersebut perlu memahami dengan baik pengertian literasi/ kimia, bagaimana cara menilai dan mendesain pembelajaran kimia yang berorientasi peningkatan literasi kimia siswa. Sedangkan pembelajaran kimia dapat didesain dengan mengoptimalkan aspek aspek literasi yaitu memilih topik kimia yang memiliki banyak relevansinya bagi kehidupan siswa dan mencakup pengetahuan deklaratif, prosedural serta epistemik; strategi pembelajaran berbasis inkuiri; menentukan konteks yang relevan, kontemporer atau isu-isu sosiosaintifik; menentukan nilai-nilai afektif dan cara belajar siswa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran berorientasi literasi kimia.
ReplyDeletesependapat dengan dani dimana Literasi sains, termasuk literasi kimia, sangat perlu untuk diajarkan kepada siswa agar mereka dapat hidup ditengah-tengah masyarakat modern abad 21. Berbagai upaya telah dilakukan diberbagai negara termasuk Indonesia untuk meningkatkan literasi sains dan literasi kimia siswa, misalnya upaya diluncurkannya kurikulum baru 2013. Namun guru kimia sebagai tonggak penentu keberhasilan dari upaya tersebut perlu memahami dengan baik pengertian literasi/ kimia, bagaimana cara menilai dan mendesain pembelajaran kimia yang berorientasi peningkatan literasi kimia siswa. Sedangkan pembelajaran kimia dapat didesain dengan mengoptimalkan aspek aspek literasi yaitu memilih topik kimia yang memiliki banyak relevansinya bagi kehidupan siswa dan mencakup pengetahuan deklaratif, prosedural serta epistemik; strategi pembelajaran berbasis inkuiri; menentukan konteks yang relevan, kontemporer atau isu-isu sosiosaintifik; menentukan nilai-nilai afektif dan cara belajar siswa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran berorientasi literasi kimia. Lalu, apakah hal ini sdh terlaksana ?
Deletesaya setuju dengan bg dani dan kak neli bahwa Literasi sains, termasuk literasi kimia, sangat perlu untuk diajarkan kepada siswa. Namun guru kimia sebagai tonggak penentu keberhasilan dari upaya tersebut perlu memahami dengan baik pengertian literasi/ kimia, bagaimana cara menilai dan mendesain pembelajaran kimia yang berorientasi peningkatan literasi kimia siswa. dan menjawab permasalahan kak nelly apakah hal ini sdh terlaksana ? terlaksana mungkin sudah ada yang terlaksana namun semua itu tergantung pada gurunya.
DeleteKetrampilan Abad 21 yang dianggap bisa memperkuat modal social (social capital) dan modal intelektual (intellectual capital) ini, biasa disingkat dengan 4C: communication, collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation. Secara operasional, 4C ini dijabarkan dalam empat kategori langkah, yakni: Pertama, cara berpikir, termasuk berkreasi, berinovasi, bersikap kritis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan belajar pro-aktif. Kedua, cara bekerja, termasuk berkomunikasi, berkolaborasi, bekerja dalam tim. Ketiga, cara hidup sebagai warga global sekaligus local; dan keempat, alat untuk mengembangkan ketrampilan abad 21, yakni teknologi informasi, jaringan digital, dan literasi, artinya didalam k21 itu sendiri sudah ada bagian literasi yang akan dimiliki siswa.
ReplyDeletesalah satu inovasi dalam pembelajaran kimia yang dapat guru hadirkan dalam membelajarkan siswa sesuai k21 ini ialah dengan menggunakan media interaktif seperti adobe flash, aplikasi androi, dll.
Saya akan menjawab permasalahan yang pertama yaitu hubungan perkembangan proses pembelajaran kimia abad 21 dengan literasi? Kimia dalam konteks pembelajaran
ReplyDeleteSeseorang yang berliterasi kimia harus dapat:
• Mengakui pentingnya pengetahuan kimia dalam menjelaskan fenomena/situasi dalam kehidupan sehari-hari.
• Menggunakan pemahamannya tentang kimia dalam kehidupannya sehari-hari, sebagai konsumen produk dan teknologi baru, dalam pengambilan keputusan, dan dalam keikutsertaannya dalam perdebatan sosial tentang isu-isu terkait kimia.
• Memahami hubungan antara inovasi kimia dengan proses sosial.
saya sependapat dengan kak Melda, hubungan perkembangan proses pembelajaran kimia abad 21 dengan literasi?
Deleteseseorang yang berliterasi itu Menggunakan pemahamannya tentang kimia dalam kehidupannya sehari-hari, sebagai konsumen produk dan teknologi baru, dalam pengambilan keputusan, dan dalam keikutsertaannya dalam perdebatan sosial tentang isu-isu terkait kimia.
ia bisa menghubungkan antara inovasi dengan sosial realita yang ada dan lain sebagainya