Wednesday, November 21, 2018

Inovasi Sintak Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

  13 comments
Inovasi Sintak Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Nurhadi dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.
Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apapun, bidang studi apapun, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Model pembelajaran CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
Fase 1
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa serta manfaatnya dari proses pembelajaran serta pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Guru menggali pengetahuan awal siswa serta menganalisis miskonsepsi siswa (Konstruktivism).
Fase 2
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.Guru menyajikan model atau fenomena dan setiap kelompok diberi tugas untuk melakukan observasi. Melalui observasi yang dilakukan, siswa ditugaskan diminta untuk menyampaikan gagasan yang dimilikinya terkait dengan materi yang dipelajari dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru (Modelling).
Fase 3
Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dilakukan oleh setiap kelompok siswa guna mencapai tujuan pembelajaran (Questioning).
Fase 4
Siswa melakukan observasi dan mencatat hasil observasinya dengan menggunakan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Siswa menganalisis hasil observasinya (Inquiry).
Fase 5
Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam pleno kelas. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lainnya (Learning Community).
Fase 6
Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasinya. Simpulan tersebut merupakan pengetahuan atau keterampilan baru yang diperoleh dalam proses pembelajaran melalui penemuan.
Guru melakukan penilaian autentik dan memberi tugas kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman, memperluas dan memperdalam pengetahuan berkaitan dengan topik yang telah dipelajari. Siswa juga melakukan refleksi diri (Authentic assessment).
Komponen Utama Model Pembelajaran Kontestual
Menurut Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry (menemukan) , Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
1.     Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
  • Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
  • Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2.    Pemodelan (Modelling)
Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
  • Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
  • Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
  • Melatih siswa untuk berpikir kritis
4. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
  • Observasi (Observation)
  • Bertanya (Questioning)
  •  Mengajukan dugaan (Hipotesis)
  •  Pengumpulan data (Data gathering)
  •  Penyimpulan (Conclussion)
5. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:
  • Pembentukan kelompok kecil
  • Pembentukan kelompok besar
  • Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
  • Bekerja dengan kelas sederajat
  • Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
  • Bekerja dengan masyarakat
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Prosedur penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Indikator berpikir kreatif
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
  1. Fluency adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
  2. Fleksibelity adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
  3. Originality itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan atau cara berpikir yang unik.
  4. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus, menyempurnakan, dan bahkan menerapkan ide.
  5. Transformasi berarti kreativitas, merubah satu ide atau objek lain dengan melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau dengan melihat makna baru, dampak, penerapan, atau adaptasi ke pengguna baru.
Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita bisa membuat piramida berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif seperti pada gambar di bawah ini (Siswono (2011:549) dan Rahmi (2016:68):


Munandar (2012:192) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Di bawah ini merupakan penilaian dan perilaku peserta didik yang diharapkan.


Bentuk terwujudnya tes keterampilan berpikir kreatif dalam pendidikan yaitu, munculnya hasil penelitian yang dipublikasikan. Berdasarkan penelitian La Moma (2015:32), tes kemampuan berpikir kreatif dapat disusun dalam bentuk uraian berdasarkan kriteria berpikir kreatif dan materi ajar yang dipelajari peserta didik. Dalam memvalidasi tes dilakukan oleh pendidik dan pakar pendidikan. Kemudian dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran dari para penimbang dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Para penimbang juga diminta untuk menimbang validitas isi tes berdasarkan tingkat kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur, kesesuaian soal dengan kriteria berpikir kreatif, kesesuaian soal dengan materi ajar, dan kesesuaian soal dengan tingkat kesulitan peserta didik.


No
Model Konvensional (Model Kontekstual)
No
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
Dampak Berpikir Kreatif
1.
Konstruktivisme
1.
Konstruktivisme

Mengkondisikan siswa
Membuka pembelaran dan mengkondisikan siswa
(orientasi)
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya.
“apakah ada yang masih ingat mengenai materi minggu lalu tentang unsur dan senyawa?”
(Apersepsi)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya
Menggali pengetahuan dasar siswa tentang materi   dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi siswa agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta mengajak siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang ada dalam pikiran mereka berdasarkan kehidupannya sehari-hari.
“apakah ada yang tau bagaimana cara darah dapat mempertahankan pHnya?"
"terus kenapa obat tetes mata harus menyesuaikan pH yang ada di dalam mata?'
(Motivasi)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Menggali pengetahuan dasar siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai.
(pemberian acuan)
-
2.
Pemodelan (Modelling)
2.
Pemodelan (Modelling)

Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil
Membagi kelompok diskusi yang heterogen
-

Mempersilahkan untuk bergabung bersama kelompoknya masing-masing
-
Menyajikan media/video/fenomena yang berhubungan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Mengarahkan siswa untuk membandingkan dan menganalisis gambar atau video yang disajikan.
“cara pembuatan makanan kaleng dan praktikum larutan penyangga”
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)

Mengajukan pertanyaan “bagaimana pendapat kalian mengenai video tersebut?”
“apakah yang menyebabkan makanan kaleng dapat bertahan lama?”
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil)
3.
Bertanya (Questioning)
3.
Menemukan (Inquiry)

Membimbing siswa melakukan tanya jawab
Menginstruksikan siswa mengenai apa yang harus mereka lakukan selama proses pembelajaran berlangsung terkait dengan larutan penyangga.
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
Membimbing siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan fenomena yang telah ditampilkan dan terkait dengan percobaan larutan penyangga.
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Membimbing siswa untuk membuat mengenai pemecahan masalah yang telah dibuat.
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memperinci detail-detail
(berpikir terperinci)
Membimbing siswa melakukan percobaan larutan penyangga
berdasarkan inovasi percobaan yang mereka buat
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
Mempersilahkan siswa melakukan observasi kembali dan mencatat hasil pengamatannya pada percobaan yang telah dilakukan
Menyelesaikan percobaan lebih cepat dan cermat dibandingkan kelompok lain dan siswa mampu memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
4.
Menemukan (Inquiry)
4.
Masyarakat Belajar (Learning Community)

Membimbing siswa mencari tahu sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber
Mengarahkan setiap kelompok untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan menguji hipotesis yang telah dibuat dengan kelompoknya masing-masing
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil)
 Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Mempersilahkan siswa untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya dalam diskusi kelas secara kreatif
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil)
Memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil).
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
5.
Masyarakat Belajar (Learning Community)
5.
Bertanya (Questioning)

Membantu siswa megatasi permasalahan yang diberikan
Mendorong siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti siswa
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
Mendorong siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain. (berpikir orisinil).
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan
Memberikan gagasan bervariasi (berpikir luwes)
6.
Refleksi (Reflection)
6.
Refleksi (Reflection)

Memberikan penguatan
Mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi diri melalui self-evaluation terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lakukan dan meminta siswa membuat suatu ringkasan
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
 Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
7.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
7.
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Membantu siswa menyimpulkan
Memberikan tes akhir atau posttest dari materi yang telah diajarkan
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
Memberikan tes akhir
Mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi untuk tetap belajar
-
Menutup pertemuan dengan berdo’a dan mengucapkan salam
-


Berdasarkan  inovasi sintaks yang telah saya buat apa komentar dan saran saudara/i terhadap inovasi yang saya buat ?  Menurut Anda, apakah Inovasi saya dalam memodifikasi model CTL dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang baik? Berikanlah saran Anda! apakah berpikir kreatifnya sudah sesuai dengan materi dan sintak model CTL tersebut?
terimakasih

13 comments :

  1. menurut pendapat saya, inivasi sintaks yang Anda buat bagus namun, pada tahap menguji hasil mungkin Anda bisa terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada siswa dimana kelemahan proyek mereka. sehingga bisa melatih siswa untuk introspeksi diri terhadap proyek yg mereka buat. lalu, nanti jika memang tidak mendekati tujuan pembelajaran, guru td bisa sedikit memberi saran atau masukkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya setuju dengan pendapat Rina, inovasi sintaks PJBL yang tri buat cukup bagus, namun lebih baiknya lagi melatih siswa untuk mengintrospeksi diri terhadap proyek yg mereka buat sehingga siswa tahu kelemahan dari proyeknya.

      Delete
    2. inovasi sintaks model yang dibuat oleh tri sudah bagus. saya juga setuju dengan rina, pada tahap menguji hasil, terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada siswa agar siswa dapat mengoreksi dimana kelemahan proyek mereka. sehingga siswa dapat memunculkan lagi ide kreatifnya.

      Delete
  2. Menurut saya sintaks yang tri berikan sudah cukup bagus, namun disini saya ingin memberikan saran pada sintaks aktifitas guru yang mencari kelemahan pada proyek siswa sebaiknya yang melakukan itu siswa karena PJBL dengan pendekatan Kontekstual ini menonjolkan sisi inquiry atau penemuan sehingga keseluruhan sintaks yang membuat guru harus menyimpulkan itu dilakukan oleh siswa saja agar timbul aspek berpikir kreatifnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya kurang setuju dengan pendapat rifany karna di sintak tri memang guru yang mencari kelemahan, namun juga ada pendapat dari kelompok lain, sehingga mereka belajar berpikir kreatif secara detail dapat menampung smua pendapat tidak hanya guru dan siswa, sehingga yang saya mati pada tahap siswa mereka melakukan perbaikan proyek sesuai kritik dan saran perbaikan yang seharusnya.

      Delete
    2. Saya sependapat dengan kak melda, yang mengatakan "memang guru yang mencari kelemahan, namun juga ada pendapat dari kelompok lain, sehingga mereka belajar berpikir kreatif secara detail dapat menampung smua pendapat tidak hanya guru dan siswa, sehingga yang saya mati pada tahap siswa mereka melakukan perbaikan proyek sesuai kritik dan saran perbaikan yang seharusnya", disini juga interaksi itu dpat di bangun, karna siswa mempertahankan hal yg ia buat dan menerima kritikan yg diberikan jika itu memang perlu d tambahkan. Ini juga bagus karna sikap kritis siswa juga dapat terbentuk.

      Delete
    3. sependapat dengan kakak dan abang diatas, saran saya sebaiknya pada tahap menguji hasil, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi serta hasil berpikir kreatif siswa dari hasil proyek yang dilakukan. dengan melakukan ini, siswa akan mengetahui sendiri apa kelemahan hasil proyek yang dikerjakannya. namun, dia awal pembelajaraan bisa juga disarankan agar siswa bisa membaca dlu apa yang sudah dilakukan orang tentang proyek yang dikerjakan orang.

      Delete
  3. menurut saya pada inovasi sintak yang telah kak tri buat sudah baik dan modifikasi model PJBL tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang digunakan pendidik hanya saja perlu adanya kejelasan hasil berupa projek seperti apa yang dibuat oleh siswa yang diharapkan oleh pendidik, karena untuk setiap projek tentu memiliki tingkat kesulitan masing-masing. hal ini akan berpengaruh pada instrumen penilaian terhadap projek tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan fira bahwa inovasi sintak yang telah dibuat oleh tri sudah baik dan modifikasi model PJBL tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang dapat digunakan pendidik hanya saja perlu adanya kejelasan hasil berupa projek seperti apa yang dibuat oleh siswa yang diharapkan oleh pendidik, karena untuk setiap projek tentu memiliki tingkat kesulitan masing-masing. hal ini akan berpengaruh pada instrumen penilaian terhadap projek tersebut.

      Delete
    2. Sependapat dengan teman-teman bahwa inovasi yg kk tri buat sudah bagus dn juga untuk berpikir kreatif ini materi dan model yg digunakan sudah cocok. Namun disini saya ingin menyarankan untuk menimbulman suatu inovasi sintaks dalam model PJBL itu sndiri sesuai dgn krbutuhan siswa dikelas.

      Delete
  4. saya akan memberikan sedikit saran kepada tri mengenai inovasi sintaks yang tri buat, menurut saya dalam sintaks ini sudah tergambar dengan jelas kegiatan apa yang dilakukan guru maupun siswa, sedikit tambahan saya, sebaiknya pada tahap menguji hasil, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi serta hasil berpikir kreatif siswa dari hasil proyek yang dilakukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan jawaban rini, sebaiknya pada tahap menguji hasil, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi serta hasil berpikir kreatif siswa dari hasil proyek yang dilakukan. dengan melakukan ini, siswa akan mengetahui sendiri apa kelemahan hasil proyek yang dikerjakannya. namun, dia awal pembelajaraan bisa juga disarankan agar siswa bisa membaca dlu apa yang sudah dilakukan orang tentang proyek yang dikerjakan orang.

      Delete
  5. Saya sependapat dengan saudari rini dan juga dhani.
    , siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi.

    Dimana Kreativitas dalam pendidikan adalah proses produksi sesuatu yang baru, unik dan
    inovatif di bidang pendidikan. Pendidikan adalah istilah yang sangat luas yang mencakup
    pendidikan mulai dari pelatihan profesional untuk mengajar di dalam kelas, hubungan dosen
    ke orang tua, dan sebagainya. Kreativitas dalam pendidikan dapat dicapai oleh dosen, dan
    peserta didik secara bersama-sama.

    ReplyDelete

dvdvdvdvd