Inovasi Sintak Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Inovasi Sintak Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Nurhadi
dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk
memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja
diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan
sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang
disampaikan guru.
Sintaks
Model Pembelajaran Kontekstual
CTL
dapat diterapkan dalam kurikulum apapun, bidang studi apapun, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Model pembelajaran CTL dalam kelas cukup mudah. Secara
garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai
berikut:
Fase 1
Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa serta manfaatnya dari proses
pembelajaran serta pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Guru
menggali pengetahuan awal siswa serta menganalisis miskonsepsi siswa
(Konstruktivism).
Fase 2
Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok kecil.Guru menyajikan model atau fenomena dan
setiap kelompok diberi tugas untuk melakukan observasi. Melalui observasi yang
dilakukan, siswa ditugaskan diminta untuk menyampaikan gagasan yang dimilikinya
terkait dengan materi yang dipelajari dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan guru (Modelling).
Fase 3
Guru
melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dilakukan oleh setiap kelompok
siswa guna mencapai tujuan pembelajaran (Questioning).
Fase 4
Siswa
melakukan observasi dan mencatat hasil observasinya dengan menggunakan alat
observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Siswa menganalisis hasil
observasinya (Inquiry).
Fase 5
Siswa
mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompok masing-masing. Masing-masing
kelompok melaporkan hasil diskusinya dalam pleno kelas. Setiap kelompok
menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lainnya (Learning Community).
Fase 6
Dengan
bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasinya. Simpulan tersebut
merupakan pengetahuan atau keterampilan baru yang diperoleh dalam proses
pembelajaran melalui penemuan.
Guru
melakukan penilaian autentik dan memberi tugas kepada siswa untuk meningkatkan
pemahaman, memperluas dan memperdalam pengetahuan berkaitan dengan topik yang
telah dipelajari. Siswa juga melakukan refleksi diri (Authentic assessment).
Komponen
Utama Model Pembelajaran Kontestual
Menurut
Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry
(menemukan) , Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar),
Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian
yang sebenarnya).
1.
Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik merupakan
landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam
kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta
didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih
diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
- Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
- Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
- Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2.
Pemodelan (Modelling)
Dalam suatu pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa,
misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah
agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran
kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan
melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya adalah induk dari
strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari
pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning
(bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi
penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari
penerapan bertanya (questioning):
- Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
- Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
- Melatih siswa untuk berpikir kritis
4. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu
pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun
materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
- Observasi (Observation)
- Bertanya (Questioning)
- Mengajukan dugaan (Hipotesis)
- Pengumpulan data (Data gathering)
- Penyimpulan (Conclussion)
5. Masyarakat Belajar
(Learning Community)
Masyarakat belajar artinya
bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak
belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh
dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok
dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari
kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat
belajar” terwujud dalam:
- Pembentukan kelompok kecil
- Pembentukan kelompok besar
- Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
- Bekerja dengan kelas sederajat
- Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
- Bekerja dengan masyarakat
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan
guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran,
pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi,
berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan
atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai
pembelajaran hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assesment)
Prosedur penilaian otentik
adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta
didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak
hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta
didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Indikator berpikir kreatif
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
- Fluency adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
- Fleksibelity adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
- Originality itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan atau cara berpikir yang unik.
- Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus, menyempurnakan, dan bahkan menerapkan ide.
- Transformasi berarti kreativitas, merubah satu ide atau objek lain dengan melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau dengan melihat makna baru, dampak, penerapan, atau adaptasi ke pengguna baru.
Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita bisa membuat piramida berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif seperti pada gambar di bawah ini (Siswono (2011:549) dan Rahmi (2016:68):
Bentuk terwujudnya tes keterampilan berpikir
kreatif dalam pendidikan yaitu, munculnya hasil penelitian yang
dipublikasikan. Berdasarkan penelitian La Moma (2015:32), tes kemampuan
berpikir kreatif dapat disusun dalam bentuk uraian berdasarkan kriteria
berpikir kreatif dan materi ajar yang dipelajari peserta didik. Dalam
memvalidasi tes dilakukan oleh pendidik dan pakar pendidikan. Kemudian
dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran dari para penimbang dan
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Para penimbang juga diminta
untuk menimbang validitas isi tes berdasarkan tingkat kesesuaian soal
dengan tujuan yang ingin diukur, kesesuaian soal dengan kriteria
berpikir kreatif, kesesuaian soal dengan materi ajar, dan kesesuaian
soal dengan tingkat kesulitan peserta didik.
No
|
Model Konvensional (Model
Kontekstual)
|
No
|
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
|
Dampak Berpikir Kreatif
|
1.
|
Konstruktivisme
|
1.
|
Konstruktivisme
|
|
Mengkondisikan siswa
|
Membuka pembelaran dan mengkondisikan
siswa
(orientasi)
|
-
|
||
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
harus dicapai
|
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran
sebelumnya.
“apakah
ada yang masih ingat mengenai materi minggu lalu tentang unsur dan senyawa?”
(Apersepsi)
|
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
|
||
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran
sebelumnya
|
Menggali pengetahuan dasar siswa tentang materi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memotivasi siswa agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta mengajak
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang ada dalam pikiran mereka
berdasarkan kehidupannya sehari-hari.
“apakah
ada yang tau bagaimana cara darah dapat mempertahankan pHnya?"
"terus kenapa obat tetes mata harus menyesuaikan pH yang ada di dalam mata?'
(Motivasi)
|
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
|
||
Menggali pengetahuan dasar siswa
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
harus dicapai.
(pemberian acuan)
|
-
|
||
2.
|
Pemodelan (Modelling)
|
2.
|
Pemodelan (Modelling)
|
|
Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil
|
Membagi kelompok diskusi yang
heterogen
|
-
|
||
Mempersilahkan untuk bergabung bersama kelompoknya
masing-masing
|
- | |||
Menyajikan media/video/fenomena
yang berhubungan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
|
Mengarahkan siswa untuk membandingkan dan menganalisis gambar atau video
yang disajikan.
“cara pembuatan makanan kaleng dan praktikum larutan penyangga”
|
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
|
||
Mengajukan pertanyaan “bagaimana
pendapat kalian mengenai video tersebut?”
“apakah yang menyebabkan makanan kaleng dapat bertahan lama?”
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang
lain. (berpikir orisinil)
|
|||
3.
|
Bertanya (Questioning)
|
3.
|
Menemukan (Inquiry)
|
|
Membimbing siswa melakukan tanya jawab
|
Menginstruksikan siswa mengenai apa yang harus mereka lakukan selama
proses pembelajaran berlangsung terkait dengan larutan penyangga.
|
Memperluas suatu gagasan (berpikir
terperinci)
|
||
Membimbing siswa untuk membuat pertanyaan berdasarkan fenomena yang telah
ditampilkan dan terkait dengan percobaan larutan penyangga.
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
|
|||
Membimbing siswa untuk membuat mengenai pemecahan masalah yang telah
dibuat.
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memperinci detail-detail
(berpikir terperinci)
|
|||
Membimbing siswa melakukan percobaan larutan penyangga
berdasarkan inovasi percobaan yang mereka buat |
Memperinci detail-detail
Memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
|
|||
Mempersilahkan siswa melakukan observasi kembali dan mencatat hasil
pengamatannya pada percobaan yang telah dilakukan
|
Menyelesaikan percobaan lebih cepat dan cermat
dibandingkan kelompok lain dan siswa mampu memperinci detail-detail dan
memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci)
|
|||
4.
|
Menemukan (Inquiry)
|
4.
|
Masyarakat Belajar (Learning Community)
|
|
Membimbing siswa mencari tahu sendiri materi
pelajaran dari berbagai sumber
|
Mengarahkan setiap kelompok untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan
menguji hipotesis yang telah dibuat dengan kelompoknya masing-masing
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang
lain. (berpikir orisinil)
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu
gagasan (berpikir terperinci).
|
||
Mempersilahkan siswa untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya dalam
diskusi kelas secara kreatif
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang
lain. (berpikir orisinil)
|
|||
Memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang
lain. (berpikir orisinil).
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu
gagasan (berpikir terperinci).
|
|||
5.
|
Masyarakat Belajar (Learning Community)
|
5.
|
Bertanya (Questioning)
|
|
Membantu siswa megatasi permasalahan yang diberikan
|
Mendorong siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum
dimengerti siswa
|
Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan (berpikir lancar)
|
||
Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil
diskusi
|
Mendorong siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh
temannya
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memberikan jawaban yang lain dari pada yang
lain. (berpikir orisinil).
Memperinci detail-detail dan
memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
|
||
Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembelajaran yang
telah dilakukan
|
Memberikan gagasan bervariasi
(berpikir luwes)
|
|||
6.
|
Refleksi (Reflection)
|
6.
|
Refleksi (Reflection)
|
|
Memberikan penguatan
|
Mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi diri
melalui self-evaluation terhadap proses pembelajaran yang telah mereka
lakukan dan meminta siswa membuat suatu ringkasan
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam (berpikir luwes)
Memperinci detail-detail dan
memperluas suatu gagasan (berpikir terperinci).
|
||
Membimbing siswa untuk membuat
ringkasan
|
||||
7.
|
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic
Assessment)
|
7.
|
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic
Assessment)
|
|
Membantu siswa menyimpulkan
|
Memberikan tes akhir atau posttest dari materi yang telah
diajarkan
|
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan (berpikir lancar)
Memperinci detail-detail dan memperluas suatu
gagasan (berpikir terperinci).
|
||
Memberikan tes akhir
|
Mengakhiri
pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi untuk tetap belajar
|
-
|
||
Menutup
pertemuan dengan berdo’a dan mengucapkan salam
|
-
|
Berdasarkan inovasi sintaks yang telah saya buat apa komentar dan saran saudara/i terhadap inovasi yang saya buat ? Menurut Anda, apakah Inovasi saya dalam memodifikasi model CTL dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang baik? Berikanlah saran Anda! apakah berpikir kreatifnya sudah sesuai dengan materi dan sintak model CTL tersebut?
terimakasih
menurut pendapat saya, inivasi sintaks yang Anda buat bagus namun, pada tahap menguji hasil mungkin Anda bisa terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada siswa dimana kelemahan proyek mereka. sehingga bisa melatih siswa untuk introspeksi diri terhadap proyek yg mereka buat. lalu, nanti jika memang tidak mendekati tujuan pembelajaran, guru td bisa sedikit memberi saran atau masukkan.
ReplyDeleteSaya setuju dengan pendapat Rina, inovasi sintaks PJBL yang tri buat cukup bagus, namun lebih baiknya lagi melatih siswa untuk mengintrospeksi diri terhadap proyek yg mereka buat sehingga siswa tahu kelemahan dari proyeknya.
Deleteinovasi sintaks model yang dibuat oleh tri sudah bagus. saya juga setuju dengan rina, pada tahap menguji hasil, terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada siswa agar siswa dapat mengoreksi dimana kelemahan proyek mereka. sehingga siswa dapat memunculkan lagi ide kreatifnya.
DeleteMenurut saya sintaks yang tri berikan sudah cukup bagus, namun disini saya ingin memberikan saran pada sintaks aktifitas guru yang mencari kelemahan pada proyek siswa sebaiknya yang melakukan itu siswa karena PJBL dengan pendekatan Kontekstual ini menonjolkan sisi inquiry atau penemuan sehingga keseluruhan sintaks yang membuat guru harus menyimpulkan itu dilakukan oleh siswa saja agar timbul aspek berpikir kreatifnya
ReplyDeletesaya kurang setuju dengan pendapat rifany karna di sintak tri memang guru yang mencari kelemahan, namun juga ada pendapat dari kelompok lain, sehingga mereka belajar berpikir kreatif secara detail dapat menampung smua pendapat tidak hanya guru dan siswa, sehingga yang saya mati pada tahap siswa mereka melakukan perbaikan proyek sesuai kritik dan saran perbaikan yang seharusnya.
DeleteSaya sependapat dengan kak melda, yang mengatakan "memang guru yang mencari kelemahan, namun juga ada pendapat dari kelompok lain, sehingga mereka belajar berpikir kreatif secara detail dapat menampung smua pendapat tidak hanya guru dan siswa, sehingga yang saya mati pada tahap siswa mereka melakukan perbaikan proyek sesuai kritik dan saran perbaikan yang seharusnya", disini juga interaksi itu dpat di bangun, karna siswa mempertahankan hal yg ia buat dan menerima kritikan yg diberikan jika itu memang perlu d tambahkan. Ini juga bagus karna sikap kritis siswa juga dapat terbentuk.
Deletesependapat dengan kakak dan abang diatas, saran saya sebaiknya pada tahap menguji hasil, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi serta hasil berpikir kreatif siswa dari hasil proyek yang dilakukan. dengan melakukan ini, siswa akan mengetahui sendiri apa kelemahan hasil proyek yang dikerjakannya. namun, dia awal pembelajaraan bisa juga disarankan agar siswa bisa membaca dlu apa yang sudah dilakukan orang tentang proyek yang dikerjakan orang.
Deletemenurut saya pada inovasi sintak yang telah kak tri buat sudah baik dan modifikasi model PJBL tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang digunakan pendidik hanya saja perlu adanya kejelasan hasil berupa projek seperti apa yang dibuat oleh siswa yang diharapkan oleh pendidik, karena untuk setiap projek tentu memiliki tingkat kesulitan masing-masing. hal ini akan berpengaruh pada instrumen penilaian terhadap projek tersebut.
ReplyDeletesependapat dengan fira bahwa inovasi sintak yang telah dibuat oleh tri sudah baik dan modifikasi model PJBL tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu rencana pembelajaran yang dapat digunakan pendidik hanya saja perlu adanya kejelasan hasil berupa projek seperti apa yang dibuat oleh siswa yang diharapkan oleh pendidik, karena untuk setiap projek tentu memiliki tingkat kesulitan masing-masing. hal ini akan berpengaruh pada instrumen penilaian terhadap projek tersebut.
DeleteSependapat dengan teman-teman bahwa inovasi yg kk tri buat sudah bagus dn juga untuk berpikir kreatif ini materi dan model yg digunakan sudah cocok. Namun disini saya ingin menyarankan untuk menimbulman suatu inovasi sintaks dalam model PJBL itu sndiri sesuai dgn krbutuhan siswa dikelas.
Deletesaya akan memberikan sedikit saran kepada tri mengenai inovasi sintaks yang tri buat, menurut saya dalam sintaks ini sudah tergambar dengan jelas kegiatan apa yang dilakukan guru maupun siswa, sedikit tambahan saya, sebaiknya pada tahap menguji hasil, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi serta hasil berpikir kreatif siswa dari hasil proyek yang dilakukan
ReplyDeletesependapat dengan jawaban rini, sebaiknya pada tahap menguji hasil, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi serta hasil berpikir kreatif siswa dari hasil proyek yang dilakukan. dengan melakukan ini, siswa akan mengetahui sendiri apa kelemahan hasil proyek yang dikerjakannya. namun, dia awal pembelajaraan bisa juga disarankan agar siswa bisa membaca dlu apa yang sudah dilakukan orang tentang proyek yang dikerjakan orang.
DeleteSaya sependapat dengan saudari rini dan juga dhani.
ReplyDelete, siswa sebaiknya tidak hanya berpresentasi dan menyimpulkan proyek yang dibuat, tetapi juga didukung oleh proyek yang pernah dilakukan orang lain(yang serupa) dan teori dari literatur agar tampak dengan jelas inovasi.
Dimana Kreativitas dalam pendidikan adalah proses produksi sesuatu yang baru, unik dan
inovatif di bidang pendidikan. Pendidikan adalah istilah yang sangat luas yang mencakup
pendidikan mulai dari pelatihan profesional untuk mengajar di dalam kelas, hubungan dosen
ke orang tua, dan sebagainya. Kreativitas dalam pendidikan dapat dicapai oleh dosen, dan
peserta didik secara bersama-sama.