Saturday, November 24, 2018

Inovasi Sintak Model-Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan dampaknya terhadap kemampuan berfikir Kritis siswa

  13 comments

Inovasi Sintak Model-Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan dampaknya terhadap kemampuan berfikir Kritis siswa 

Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran berbasis masalah dimana siswa di sajikan pada masalah yang ada pada dunia nyata sebagai konteks pembelajarannya. Problem based learning merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Menurut Albanese & Mitchell, sebagaimana dikutip oleh Selcuk (2010: 711-723) bahwa problem based learning  dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Sedangkan menurut  Ngeow and Kong (2001) dalam Selcuk (2010: 711-723) bahwa pendekatan problem based learning  merupakan pembelajaran yang membuat siswa aktif dan  menjadi mandiri , masalah yang dihadapi siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.  
Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kemampuan seseorang dalam menganalisis ide atau gagasan secara logis, reflektif, sistematis dan produktif untuk membantu membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau akan dilakukan sehingga berhasil dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.

Berpikir kritis termasuk proses berpikir tingkat tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan menggunakan kontrol aktif, yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking. Tidak semua orang bisa berpikir kritis karena dibutuhkan keyakinan yang kuat dan mendasar agar tidak mudah dipengaruhi. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Karakteristik Berpikir Kritis 

Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2010:154), terdapat empat komponen berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
  1. Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental. 
  2. Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut. 
  3. Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut. 
  4. Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat delapan karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:
  1. Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. 
  2. Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. 
  3. Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen. 
  4. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
  5. Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. 
  6. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.

Indikator Berpikir Kritis 

Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2013:24), terdapat lima kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
  1. Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification). Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang. 
  2. Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 
  3. Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. 
  4. Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.
  5. Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2) menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.
Sedangkan menurut Fisher (dalam Rahmawati, 2011:8), indikator kemampuan berpikir kritis antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
  2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
  3. Memperjelas dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
  4. Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas, dan klaim-klaim.
  5. Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
  6. Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasanpenjelasan.
  7. Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.
  8. Menyimpulkan.
  9. Menghasilkan argumen-argumen.

Arends (2007: 57) menguraikan lima fase dalam problem based learning, perilaku guru pada setiap fase diringkaskan pada Tabel 2.1  



Di bawah ini, inovasi sintak model problem based learning berbasis berpikir kritis

Sintak model PBL konvensional
Sintak model PBL hasil modifikasi (inovasi)
Indikator berpikir kritis
Perilaku guru
Contoh
Perilaku siswa
Konsep/Materi inti/Makna yang harus dikuasai siswa
Dampak Inovasi Sintaks terhadap Kemampuan berpikir kritis
Fase 1
Mengorientasikan peserta didik pada masalah
Fase 1
Memberikan orientasi tentang permasalahan dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa
·        Mengidentifikasi permasalahan
·        Bertanya dan menjawan pertanyaan
Guru membahas tujuan pembelajaran mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Guru akan menjelaskan materi larutan penyangga. Pada awal pembelajaran guru bertanya, “apakah kalian pernah meneteskan obat tetes mata pasa saat mata kalian iritasi? Apakah perih dimata? Mengapa demikian?
Setiap siswa mengamati penjelasan guru dan mencoba untuk memahami permasalahan yang ada
Siswa mampu mengidentifikasi masalah yang disajikan
Siswa mampu mengidentifikasi permasalahan dari sudut pandang yang berbeda dan memberikan pertanyaan yang kritis terkait permasalahan
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk meneliti informasi yang didapatkan bersumber dari literatur, buku, internet dan eksperimen sederhana terkait larutan penyangga
·        Menganalisis argumen seperti, mengidentifikasi kesimpulan dari literatur atau yang lainnya. Membuat ringkasan dari hasil temuan. Mengidentifikasi permasalah dengan mengkaitkan dengan ringkasan
     
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan penyelidikan pH obat tetes mata. Kemudian siswa mencari informasi pH mata kita Dan membandingkan dengan pH obat tetes mata.
Siswa duduk berkelompok dan melakukan diskusi untuk menemukan solusi
Siswa mampu memberikan alasan terhadap masalah yang disajikan
Siswa mampu memberikan alasan terhadap masalah obat tetes mata berlandaskan dari studi literatur dan mengkaitkannya dengan permasalahan tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan
Fase 3
Membantu investigasi dari permasalahan yang ditemukan secara mandiri dan kelompok berdasarkan eksperimen sederhana dan dihubungkan dengan literatur serta ringkasan yang telah mereka buat
·        Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi seperti, melibatkan sedikit dugaan, melaporkan hasil observasi, merekan hasil observasi, menggunakan bukti-bukti yang benar, menggunakan teknologi dan mempertanggungjawabkan hasil observasi
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen  dan mencari penjelasan dan solusi
Guru membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Guru memberikan arahan agar siswa mendapat informasi mengenai pH obat tetes mata dan kandungannya sehingga tidak perih pada saat diteteskan di mata.
Siswa melakukan percobaan untuk memahami penyebab masalah dan memberikan solusi atas permasalahan meurut pandangan kelompoknya masing-masing
Siswa mampu menjelaskan larutan penyangga
Siswa memapu menjelaskan permasalahan obat tetes terkait larutan penyangga dengan observasi dan mempertimbangkan laporan observasi seperti, melibatkan sedikit dugaan, melaporkan hasil observasi, merekan hasil observasi, menggunakan bukti-bukti yang benar, menggunakan teknologi dan mempertanggungjawabkan hasil observasi
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Fase 4
Mengembangkan dan mempresentasikan
artefak dan exhibit
·        Menyimpulkan, seperti menarik kesimpulan sesuai fakta dari hasil penyelidikan
·        merekan hasil observasi, menggunakan bukti-bukti yang benar, menggunakan teknologi dan mempertanggungjawabkan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak–artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model–model, dan membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain
Setiap kelompok diberikan tugas untuk menganalisis data hasil penyelidikan. Kelompok yang ditunjuk oleh guru harus memaparkan hasil analisis pH obat tetes mata di depan kelas.
Siswa membuat laporan hasil pengamatan secara sederhana kemudian mengidentifikasi solusi atas permasalahan
Keterampilan melaporkan hasil pengamatan ilmiah
Siswa dapat melaporkan hasil pengamatan berdasarkan argumennya sendiri baik secara mandiri maupun kelopok  berdasarkan fakta dari hasil penyelidikan

Bertanya
Membimbing siswa melakukan tanya jawab/diskusi secara mandiri dan berkelompok terhadap permasalahn yang ada dan penyebab yang terjadi serta memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut
·        Memberikan penjelasan lanjut seperti mengidentifikasi asumsi-asumsi selama waktu diskusi dengan memberikan penjelasan bukan pernyataan dan mengkonstruksi argumen
Guru memonitoring jalannya diskusi

Setiap kelompok melakukan diskusi seputar permasalahan yang terjadi dan memunculkan hasil penemuan mereka  disertai dengan bukti-bukti yang mereka temukan
Keterampilan dalam berargumen berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan
Siswa mampu memberikan penjelasan lebih lanjut saat diberikan pertanyaan
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase 5
Menganalisis serta meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi.
Mengevaluasi proses mengatasi masalah dengan memberikan tes akhir berupa tes essay
Memberikan penjelasan lanjut seperti mengidentifikasi asumsi-asumsi selama waktu diskusi dengan memberikan penjelasan bukan pernyataan dan mengkonstruksi argumen
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasi dan proses–proses yang mereka gunakan
Guru memberikan penguatan terhadap hasil analisis siswa. Obat tetes mata merupakan contoh larutan penyangga dalam kehidupan. Obat tetes mata mempunyai kisaran pH 5 dengan kandungan asam borat. Hal tersebut menyebabkan mata tidak perih pada saat ditetesi obat tetes mata karena sesuai dengan pH mata kita.
Siswa mengintrospeksi diri terhadap pemaham yang diperoleeh
Pengayaan tentang konsep larutan penyangga
Siswa mampu mengevaluasi pernyataan-pernyataan berdasarkan penguatan yang diberikan guru, serta menarik kesimpulan-kesimpulan terkait pembelajaran larutan penyangga.
Memberikan tes akhir berupa tes essay
Diharapkan siswa yang tadinya tidak mengerti dan tidak memiliki gagasan kritis terhadap permasalahan dapat terasah.
  Permasalahan:
1. Menurut anda, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kritis?
2. Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kritis bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?
3. Berikan saran dan pendapat Anda mengenai inovasi sintaks yang saya buat!

13 comments :

  1. menurut saya sudah cocok terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, dan untuk melihat apakah kemampuan berpikir kritis ini bisa ditingkatkan perlu adanya perbandingan dengan pertemuan selanjutnya dengan menggunakan model yang sama sehingga guru bisa melihat apakah model PBL yg Anda inovasikan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya setuju dengan pendapat rina, dengan permasalahan sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kritis?
      menurut saya inovasi sintak model yang dibuat oleh tri sudah cocok dengan indikator kemampuan berpikir kritis karena kemampuan berpikir kritis siswa bisa dimunculkan dengan menggunakan model PBL, untuk melihat nya bisa dilihat pada proses dilakukan nya model inovasi ini pada saat pembelajaran dan untuk melihat terjadinya peningkatan atau tidak, perlu penerapan dan evaluasi setelah penerapan beberapa kali terlebih dahulu.

      Delete
  2. Saya setuju dengan rina dan mau menambahkan, menurut saya sintaks berfikir kritis bisa dikatakan meningkat apabila dilakukan perbandingan dengan model tsb pada pertemuan berikutnya atau bisa juga dibandingkan dengan model lain. Kita bisa mengamatinya dengan lembar observasi apabila terdapat berfikir kritis maka terdapat beberapa aspek berpikir kritis yang muncul lebih banyak dan baru dipertemuan berikutnya.Atau bisa juga dengan menggunakan soal, maka apabila skor dipertemuan berikutnya lebih tinggi maka berpikir kritisnya dapat dikatakan meningkat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sependapat dengan teman2 bahwa kemampuan berpikir kritis bisa d tingkatkan. Dengan menggunakan model PBL ini. Karena dengan model ini kemampuan siswa dalam berpikir akan terbuka dan luas karena proses pembelajarannya yang dekat dengan kehidupan sehari hari

      Delete
    2. Saya setuju dengan pendapat tman-teman diatas dimana memang berpikir kritis bisa dimunculkan dengan menggunakan model pBl ini, untuk melihat terjadinya peningkatan atau tidak perlu penerepan dan evaluasi stelah penerapan beberapa kali trlbih dahulu

      Delete
    3. sependapat dengan kakak diatas namun menambahkan sedikit bahwa dimana memang berpikir kritis bisa dimunculkan dengan menggunakan model pBl ini, untuk melihat nya bisa dilihat pada proses dilakukan nya model inovasi inipada saat pembelajaran

      Delete
  3. menurut saya inovasi sintak yang dibuat sudah cocok dengan indikator kemampuan berpikir kritis karena dari setiap perilaku yang dilakukan siswa sudah cukup sesuai dengan dampak berpikir kritis apa yang akan ditimbulkan contohnya pada kegitan siswa duduk berkelompok dan melakukan diskusi untuk menemukan solusi, pada kegitan ini siswa dituntun untuk mampu memberikan alasan terhadap masalah yang disajikan sehingga indikator yang sesuai yaitu siswa mampu memberikan alasan terhadap masalah berlandaskan dari studi literatur dan mengkaitkannya dengan permasalahan tersebut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sependapat dengan fira, bahwa inovasi sintak yang dibuat sudah cocok dengan indikator kemampuan berpikir kritis karena dari setiap perilaku yang dilakukan siswa sudah cukup sesuai dengan dampak berpikir kritis dan memang dalam pembelajaran saat ini kita harus mengintegrasikan literasi dalam setiap kegiatan awal pembelajaran sesuai dengan Gerakan Literasi Sekolah (GSI)

      Delete
  4. Menurut saya sintaks model PBL ini bukan hanya dapat menimbulkan berpikir kritis namun dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, ini adalah keuntungan menggunakan model PBL. Maka semua ini di tuntut kreatifitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran ini. Meningkat/tidaknya cara berpikir kritis siswa tergantung dengan cara penerapan dan kreatifitas gurunya.

    ReplyDelete
  5. saya akan mencoba menjawab pertanyaan tri, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kritis?

    menurut saya langkah-langkah pada sintaks yang tri modifikasi cukup baik, namun menurut saya ada baiknya didalam tiap langkah yang dilakukan diberikan penekanan-penekanan (fokus) misalnya pada fase penyelidikan, sehingga siswa dalam berkegiatan lebih terarah dan hasil yang diinginkan yakni peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat tercapai

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kritis bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?
      menurut saya bisa, ini terlihat dalam tahap "Bertanya
      Membimbing siswa melakukan tanya jawab/diskusi secara mandiri dan berkelompok terhadap permasalahn yang ada dan penyebab yang terjadi serta memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut".

      Delete
  6. saya akan mencoba menjawab pertanyaan tri, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kritis?

    menurut saya inovasi sintak yang dibuat sudah cocok dengan indikator kemampuan berpikir kritis karena dari setiap perilaku yang dilakukan siswa sudah cukup sesuai dengan dampak berpikir kritis. walaupun sintaknya masih sesuai urutan sintaks konvensiunal. namun paa setiap sintaksnya sudah dikembangkan.

    ReplyDelete

dvdvdvdvd