Inovasi Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Inovasi Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle dan
Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Sintak pembelajaran Learning Cycle
Pada penerapan tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan. Tiga siklus tersebut kini dikembangkan menjadi lima tahap (lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Dapat digambarkan dalam diagram 4.1
Tahap pembelajaran siklus (learning cycle)
1. Pembengkitan Minat (Engagement)
Tahap pembengkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingitahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakuakan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengatahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Pada fase ini juga siswa diajak untuk membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan depelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
2. Eksplorasi (Exploration)
Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru untuk melakukan dan mencatat ide-ide melalui kegiatan-kegiatan praktikum atau telaah literatur. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
3. Penjelasan (Explanation)
Pada tahap ini guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/ pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru serta mengatur jalannya diskusi. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi sehingga siswa dapat menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari.
4. Penerapan Konsep (Elaborasi)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menerakan suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata pada kasus atau problem yang kongkrit dan baru (Sri Esti Wuryani, 2006:212). Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai cirri-ciri yang sama. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yag telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahamana siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, atau penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi proses penerapan siklus belajar, apakah berjalan cukup baik, baik, atau masih kurang.
Secara garis besar peran siswa pada setiap tahapan learning cycle 5E model dapat disajikan pada Gambar di bawah
Secara garis besar peran siswa pada setiap tahapan learning cycle 5E model dapat disajikan pada Gambar di bawah
Gambar 1 Peran Siswa pada Setiap Tahapan LC5E
(diadaptasi dari Kazu & Bozu, 2012)
Berpikir Kreatif
Bentuk terwujudnya tes keterampilan berpikir kreatif dalam pendidikan yaitu, munculnya hasil penelitian yang dipublikasikan. Berdasarkan penelitian La Moma (2015:32), tes kemampuan berpikir kreatif dapat disusun dalam bentuk uraian berdasarkan kriteria berpikir kreatif dan materi ajar yang dipelajari peserta didik. Dalam memvalidasi tes dilakukan oleh pendidik dan pakar pendidikan. Kemudian dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran dari para penimbang dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Para penimbang juga diminta untuk menimbang validitas isi tes berdasarkan tingkat kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur, kesesuaian soal dengan kriteria berpikir kreatif, kesesuaian soal dengan materi ajar, dan kesesuaian soal dengan tingkat kesulitan peserta didik.Indikator berpikir kreatif
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
- Fluency adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
- Fleksibelity adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
- Originality itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan atau cara berpikir yang unik.
- Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus, menyempurnakan, dan bahkan menerapkan ide.
- Transformasi berarti kreativitas, merubah satu ide atau objek lain dengan melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau dengan melihat makna baru, dampak, penerapan, atau adaptasi ke pengguna baru.
Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita bisa membuat piramida berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif seperti pada gambar di bawah ini (Siswono (2011:549) dan Rahmi (2016:68):
Munandar (2012:192) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Di bawah ini merupakan penilaian dan perilaku peserta didik yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan di atas, menurut saya model ini cocok untuk dikombinasi dengan berpikir kreatif, sehingga langkah-langkahnya dapat dilihat pda tabel di bawah ini
Tahap Siklus Belajar
|
Inovasi
|
Berpikir kreatif
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Tahap membangkitkan
minat
|
|
Berpikir Luwes
· Peserta didik mempu memunculkan pertanyaan yang
bervariasi berdasarkan contoh-contoh yang diberikan
Berpikir Orisinal
·
Peserta didik mampu
menemukan ide pengembangan proyaknya
|
a.
Membangkitkan
minat dan keingintahuan peserta didik
b.
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari hari terkait
larutan penyangga
c.
Mengkaitkan
topik yang dibahas dengan pengalaman peserta didik. Mendorong peserta didik
untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan
topik pembelajaran yaitu larutan penyangga
d.
Memberikan pengetahuan terkait dengan
manfaat yang diperoleh siswa setelah belajar larutan penyangga
|
a.
Mengembangkan
minat/rasa ingin tahu terhadap topik bahasan
b.
Memberikan
respons terhadap pertanyaan guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
bervariasi
c.
Berusaha
mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang
dibahas dan menguhungkannya dengan penjelasan yang diberikan guru
d.
Siswa
mengetahui manfaat dari mempelajari larutan penyangga
|
Tahap eksplorasi
|
Tahap persiapan : menyusun prencanaan praktikum dan
menyusun jadwal
|
Berpikir Orisinal
·
Peserta didik mampu
mengemukakan idenya dalam bentuk laporan mereka
sendiri
Berpikir terperinci
·
Peserta didik mampu merancang proyek
secara sistematis
|
a.
Guru
membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara mandiri
b.
Dalam
kelompoknya siswa mengamati bahan-bahan kimia yang akan dipakai untuk
percobaan larutan penyangga
c. Siswa diminta untuk menyusun perencanaan praktikum
d. Siswa diminta untuk menyusun jadwal kegiatan pelaksaaan praktikum
e.
Dalam
kelompoknya, siswa mendiskusikan hasil pengamatan berdasarkan volume dan pH
f.
Dalam
kelompoknya siswa diminta untuk mempelajari senyawa yang dipakai untuk praktikum
larutan penyangga
g.
Dalam
kelompoknya, siswa diminta mendiskusikan hubungan volume dengan pH yang
diperoleh
|
a.
Membentuk
kelompok dan berusaha bekerjasama dalam kelompok
b.
Membuat
prediksi baru
c. Siswa membuat laporan praktikum secara sistematis
d. Siswa membuat jadwal praktikum
e.
Mencoba
alternative pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta
mengembangkan ide baru
f.
Menunjukkan
bukti dan memberi karifikasi terhadap ide-ide baru
g.
Mencermati
dan berusaha memahami penjelasan guru
|
|
Tahap pengumpulan data
|
|
Siswa diminta untuk mencari sumber data dari berbagai referensi yang
ada
|
Siswa mencari sumber
data terkait dengan larutan penyangga
|
|
Tahap pengolahan data
|
|
Siswa diminta menghubungkan sumber data yang diperoleh
dengan hasil pengamatan yang dilakukan
|
Siswa mengubungkan sumber
literatur dengan data yang diperoleh
|
Tahap penjelasan
|
|
Berpikir terperinci
· Peserta didik
mampu melaporkan hasil proyek secara terperinci
Berpikir Lancar
·
Peserta didik dapat
memberikan lebih dari satu jawaban dari yang guru tanyakan
Berpikir Orisinal
·
Peserta didik mampu menemukan kesimpulannya sendiri terkait
larutan penyangga
|
a.
Mendorong
peserta didik menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri
b.
Meminta
bukti dan klarifikasi penjelasan peserta didik
c.
Mendengar
secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru
d.
Memandu
diskusi
|
a.
Mencoba
memberi penjelasan terhadap konsep yang ditemukan
b.
Menggunakan
pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan
c.
Melakukan
pembuktian terhadap konsep yang diajukan
d.
Mendiskusikan
|
Tahap elaborasi
|
|
|
a.
Mengingatkan
siswa pada penjelasan alternative dan mempertimbangkan data/bukti saat mereka
mengeksplorasi situasi baru
b.
Mendorong
dan memfasilitasi siswa mengaplikasikan konsep/ketrampilan dalam setting yang
baru/lain
|
a.
Menerapkan
konsep ketrampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi
formal
b.
Bertanya,
mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan pengamatan
|
Tahap evaluasi
|
|
Berpikir Luwes
·
Peserta didik mampu
mengemukakan pengalamannya selama proyek dengan beragam
|
a.
Mengamati
pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru
b.
Mendorong
peserta didik melakukan evaluasi diri
c.
Mendorong
peserta didik memahami keuntungan/kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
|
a.
Mengevslusi
belajar sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang
menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya
b.
Mengambil
kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya
c.
Melihat
an menganalisis kekurangan/kelebihannya dalam pembelajaran
|
1. menurut pendapat kalian apakah inovasi yang telah saya buat sudah efektif dan sudah lebih baik dari sintaks PJBL sebelumnya ?
2. apakah inovasi sintaks PJBL ini sudah cocok untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa?
3. apa saran dan pendapat kalian terhadap inovasi yang sudah saya buat?