Saturday, December 8, 2018

Inovasi Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

  13 comments
Inovasi Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle dan 
Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif


Sintak pembelajaran Learning Cycle
Pada penerapan tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan. Tiga siklus tersebut kini dikembangkan menjadi lima tahap (lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Dapat digambarkan dalam diagram 4.1

Tahap pembelajaran siklus (learning cycle)
1. Pembengkitan Minat (Engagement)
      Tahap pembengkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingitahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakuakan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengatahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Pada fase ini juga siswa diajak untuk membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan depelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
2. Eksplorasi (Exploration)
      Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru untuk melakukan dan mencatat ide-ide melalui kegiatan-kegiatan praktikum atau telaah literatur. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
3. Penjelasan (Explanation)
      Pada tahap ini guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/ pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru serta mengatur jalannya diskusi. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi sehingga siswa dapat menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari.
4. Penerapan Konsep (Elaborasi)
      Penerapan merupakan kemampuan untuk menerakan suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata pada kasus atau problem yang kongkrit dan baru (Sri Esti Wuryani, 2006:212). Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai cirri-ciri yang sama. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yag telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5. Evaluasi
      Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahamana siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, atau penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi proses penerapan siklus belajar, apakah berjalan cukup baik, baik, atau masih kurang.

Secara garis besar peran siswa pada setiap tahapan learning cycle 5E model dapat disajikan pada Gambar di bawah
Gambar 1 Peran Siswa pada Setiap Tahapan LC5E
(diadaptasi dari Kazu & Bozu, 2012)
Berpikir Kreatif
Bentuk terwujudnya tes keterampilan berpikir kreatif dalam pendidikan yaitu, munculnya hasil penelitian yang dipublikasikan. Berdasarkan penelitian La Moma (2015:32), tes kemampuan berpikir kreatif dapat disusun dalam bentuk uraian berdasarkan kriteria berpikir kreatif dan materi ajar yang dipelajari peserta didik. Dalam memvalidasi tes dilakukan oleh pendidik dan pakar pendidikan. Kemudian dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran dari para penimbang dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Para penimbang juga diminta untuk menimbang validitas isi tes berdasarkan tingkat kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur, kesesuaian soal dengan kriteria berpikir kreatif, kesesuaian soal dengan materi ajar, dan kesesuaian soal dengan tingkat kesulitan peserta didik.Indikator berpikir kreatif
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
  1. Fluency adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
  2. Fleksibelity adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
  3. Originality itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan atau cara berpikir yang unik.
  4. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus, menyempurnakan, dan bahkan menerapkan ide.
  5. Transformasi berarti kreativitas, merubah satu ide atau objek lain dengan melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau dengan melihat makna baru, dampak, penerapan, atau adaptasi ke pengguna baru.
Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita bisa membuat piramida berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif seperti pada gambar di bawah ini (Siswono (2011:549) dan Rahmi (2016:68):
Image


Image

Munandar (2012:192) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Di bawah ini merupakan penilaian dan perilaku peserta didik yang diharapkan.
Image
Berdasarkan pemaparan di atas, menurut saya model ini cocok untuk dikombinasi dengan berpikir kreatif, sehingga langkah-langkahnya dapat dilihat pda tabel di bawah ini

Tahap Siklus Belajar
Inovasi
Berpikir kreatif
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa

Tahap membangkitkan minat

Berpikir Luwes
· Peserta didik mempu memunculkan pertanyaan yang bervariasi berdasarkan contoh-contoh yang diberikan

Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu menemukan  ide pengembangan proyaknya

a.       Membangkitkan minat dan keingintahuan peserta didik
b.       Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang proses factual dalam kehidupan sehari hari terkait larutan penyangga
c.       Mengkaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman peserta didik. Mendorong peserta didik untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yaitu larutan penyangga
d.       Memberikan pengetahuan terkait dengan manfaat yang diperoleh siswa setelah belajar larutan penyangga
a.       Mengembangkan minat/rasa ingin tahu terhadap topik bahasan
b.       Memberikan respons terhadap pertanyaan guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi
c.       Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang dibahas dan menguhungkannya dengan penjelasan yang diberikan guru
d.       Siswa mengetahui manfaat dari mempelajari larutan penyangga
Tahap eksplorasi
Tahap persiapan : menyusun prencanaan praktikum dan menyusun jadwal
Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu mengemukakan idenya dalam bentuk laporan mereka sendiri

Berpikir terperinci
·   Peserta didik mampu merancang proyek secara sistematis
a.       Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara mandiri
b.       Dalam kelompoknya siswa mengamati bahan-bahan kimia yang akan dipakai untuk percobaan larutan penyangga
c.       Siswa diminta untuk menyusun perencanaan praktikum
d.       Siswa diminta untuk menyusun jadwal kegiatan pelaksaaan praktikum
e.       Dalam kelompoknya, siswa mendiskusikan hasil pengamatan berdasarkan volume dan pH
f.        Dalam kelompoknya siswa diminta untuk mempelajari senyawa yang dipakai untuk praktikum larutan penyangga
g.       Dalam kelompoknya, siswa diminta mendiskusikan hubungan volume dengan pH yang diperoleh
a.       Membentuk kelompok dan berusaha bekerjasama dalam kelompok
b.       Membuat prediksi baru
c.       Siswa membuat laporan praktikum secara sistematis
d.       Siswa membuat jadwal praktikum
e.       Mencoba alternative pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide baru
f.        Menunjukkan bukti dan memberi karifikasi terhadap ide-ide baru
g.       Mencermati dan berusaha memahami penjelasan guru

Tahap pengumpulan data

Siswa diminta untuk mencari sumber data dari berbagai referensi yang ada
Siswa mencari sumber data terkait dengan larutan penyangga

Tahap pengolahan data

Siswa diminta menghubungkan sumber data yang diperoleh dengan hasil pengamatan yang dilakukan
Siswa mengubungkan sumber literatur dengan data yang diperoleh
Tahap penjelasan

Berpikir terperinci
·   Peserta didik mampu melaporkan hasil proyek secara terperinci

Berpikir Lancar
·   Peserta didik dapat memberikan lebih dari satu jawaban dari yang guru tanyakan

Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu menemukan kesimpulannya sendiri terkait larutan penyangga
a.       Mendorong peserta didik menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri
b.       Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan peserta didik
c.       Mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru
d.       Memandu diskusi
a.       Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang ditemukan
b.       Menggunakan pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan
c.       Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan
d.       Mendiskusikan
Tahap elaborasi


a.       Mengingatkan siswa pada penjelasan alternative dan mempertimbangkan data/bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru
b.       Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasikan konsep/ketrampilan dalam setting yang baru/lain
a.       Menerapkan konsep ketrampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal
b.       Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan pengamatan
Tahap evaluasi

Berpikir Luwes
·   Peserta didik mampu mengemukakan pengalamannya selama proyek dengan beragam

a.       Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru
b.       Mendorong peserta didik melakukan evaluasi diri
c.       Mendorong peserta didik memahami keuntungan/kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran

a.       Mengevslusi belajar sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya
b.       Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya
c.       Melihat an menganalisis kekurangan/kelebihannya dalam pembelajaran
1. menurut pendapat kalian apakah inovasi yang telah saya buat sudah efektif dan sudah lebih baik dari sintaks PJBL  sebelumnya ?
2. apakah inovasi sintaks PJBL ini sudah cocok untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa?
3. apa saran dan pendapat kalian terhadap inovasi yang sudah saya buat?

Monday, December 3, 2018

Inovasi Sintak Model Pembelajaran PJBL dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

  13 comments
Inovasi Sintak Model Pembelajaran PJBL 
dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).

Penerapan pembelajaran berbasis proyek sangat realistis untuk pembelajaran sains yang memerlukan kerja praktik seperti kimia. Penerapan metode pembelajaran berbasis proyek ini mendukung tercapainya konsep belajar mandiri, yang meliputi peserta didik belajar atas inisiatif sendiri dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menetapkan strategi belajar serta mengevaluasi hasil belajar.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu (Wena, 2012): 
a. Tahap perencanaan pembelajaran proyek
Tahap perencanaan merupakan tahap yang sangat penting sehingga harus disusun secara sistematis agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Langkah-langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2) Menganalisis karakteristik peserta didik
3) Menentukan topik yang akan dibahas
4) Merumuskan strategi pembelajaran
5) Membuat lembar kerja
6) Merancang kebutuhan sumber belajar
7) Menetapkan rancangan penilaian 

b. Tahap pelaksanaan pembelajaran proyek
Pada tahap pelaksanaan, peserta didik diharapkan dapat menerapkan berbagai keterampilan yang telah dipelajarinya dalam suatu tugas nyata yang kompleks. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan yaitu:
1) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan
2) Menjelaskan tugas proyek
3) Mengelompokkan peserta didik sesuai dengan tugas masing-masing
4) Mengerjakan proyek

c. Tahap penilaian/evaluasi pembelajaran proyek
Pada tahap ini, pendidik melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing-masing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, pendidik dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning (PBL) sebagai The George Lucas Foundation terdiri dari:
  1. Dimulai dengan pertanyaan yang essensial, mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. 
  2. Perencanaan aturan pengerjaan proyek, berisi tentang aturan main serta pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintergrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. 
  3. Membuat jadwal aktivitas secara kolaboratif dalam menyelesaikan proyek.
  4. Guru memonitoring perkembangan proyek siswa dengan cara menfasilitasi siswa dalam setiap proses penyelesaian proyek. 
  5. Penilaian hasil kerja siswa untuk membantu peserta didik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu peserta didik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 
  6. Evaluasi pengalaman belajar siswamana yang dikembangkan oleh

Pada model PjBL ini membuat projek-projek yang menghendaki siswa untuk, (1) memecahkan masalah nyata dan isu-isu yang memiliki kepentingan untuk orang lain; (2) secara aktif terlibat dalam pembelajaran mereka dan memilih hal-hal penting selama projek; (3) menunjukkan secara nyata bahwa mereka telah belajar konsep-konsep kunci dan keterampilan. Projek memberikan kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan bukti yang dapat diamati bahwa mereka telah menguasai standar kurikuler ketat karena mereka menerapkan pembelajaran mereka dan memecahkan masalah di tangan. Projek dan pameran juga memberikan bukti yang luas dari proses kerja dan pembelajaran berlangsung sendiri (Addiin, 2014).

Berpikir Kreatif
Bentuk terwujudnya tes keterampilan berpikir kreatif dalam pendidikan yaitu, munculnya hasil penelitian yang dipublikasikan. Berdasarkan penelitian La Moma (2015:32), tes kemampuan berpikir kreatif dapat disusun dalam bentuk uraian berdasarkan kriteria berpikir kreatif dan materi ajar yang dipelajari peserta didik. Dalam memvalidasi tes dilakukan oleh pendidik dan pakar pendidikan. Kemudian dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran dari para penimbang dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Para penimbang juga diminta untuk menimbang validitas isi tes berdasarkan tingkat kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur, kesesuaian soal dengan kriteria berpikir kreatif, kesesuaian soal dengan materi ajar, dan kesesuaian soal dengan tingkat kesulitan peserta didik.Indikator berpikir kreatif
E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
  1. Fluency adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
  2. Fleksibelity adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
  3. Originality itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan atau cara berpikir yang unik.
  4. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus, menyempurnakan, dan bahkan menerapkan ide.
  5. Transformasi berarti kreativitas, merubah satu ide atau objek lain dengan melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau dengan melihat makna baru, dampak, penerapan, atau adaptasi ke pengguna baru.
Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita bisa membuat piramida berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif seperti pada gambar di bawah ini (Siswono (2011:549) dan Rahmi (2016:68):
Image


Image


Munandar (2012:192) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Di bawah ini merupakan penilaian dan perilaku peserta didik yang diharapkan.

Image
Berdasarkan pemaparan di atas, menurut saya model ini cocok untuk dikombinasi dengan berpikir kreatid, sehingga langkah-langkahnya dapat dilihat pda tabel di bawah ini

Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Tujuan pembelajaran
Sintak
PJBL
Inovasi Sintak PJBL
Indikator Berpikir Kreatif
Kegiatan PJBL
Guru
Siswa
2.1    Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin,  jujur, objektif, terbuka,  mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

2.2    Menunjukkanperilaku kerjasama, santun, toleran, cintadamai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

2.3    Menunjukkan perilaku responsifdan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan

3.13  Menganalisis peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

4.13  Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga.

4.13.1. Merancang percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga
4.13.2. Melakukan percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga
4.13.3. Menyimpulkan  percobaan untuk menentukan sifat larutan
4.13.4. Menghitung pH larutan penyangga berdasarkan hasil percobaan
4.13.5. Menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga

1.     Memperoleh informasi tentang pengertian larutan penyangga
2.     Siswa dapat menjelaskan prinsip larutan penyangga
3.     Siswa dapat merancang dan melakukan, percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga dengan menggunakan indikator
4.     Siswa dapat merancang dan melakukan percobaan untuk mengetahui sifat larutan penyangga atau larutan yang bukan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau basa atau bila diencerkan
5.     Siswa dapat menentukan pH larutan penyangga melalui perhitungan
6.     Siswa dapat menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga


Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Penentuan pertanyaan mendasar dari mengamati fenomena yang terjadi dilingkungan sehari-hari terkait dengan larutan penyangga
Berpikir Lancar
·   Peserta didik dapat memberikan lebih dari satu jawaban serta memberikan berbagai contoh larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari

Berpikir Luwes
·  Peserta didik mempu memunculkan pertanyaan yang bervariasi berdasarkan contoh-contoh yang diberikan

Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu menemukan  ide pengembangan proyaknya

·  Guru memberikan pertanyaan esensial terkait masalah  nyata dan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari atau guru menampilkan suatu objek yang mampu memunculkan berbagai pertanyaan. Misalnya bagaimana darah dapat mempertahankan PH nya? dan mengapa obat tetes mata harus sama dengan pH dalam mata manusia? Bagaimana jika pHnya dibuat berbeda.
·  Guru memberikan pertanyaan yaitu berikan contoh lainnya?

·  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
·  Guru membimbing siswa agar memunculkan gagasan/ide terkait proyek yang akan dilakukan
·  Siswa memberikan berbagai jawaban
·  siswa mengidentifikasi masalah yang diberikn guru dan membuat rumusan masalah dalam bentuk berbagai pertanyaan yang menjadi dasar/ide pengembangan proyek













·  Siswa bergabung dalam kelompok
Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Mendesain perencaan proyek berdasarkan ide yang telah ditentukan dan dibantu dengan literatur yang ada
Serta berdiskusi kepada guru untu menyetujui terkait proyek yang akan dilakukan
Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu mengemukakan idenya dalam bentuk rancangan mereka sendiri

Berpikir terperinci
·    Peserta didik mampu merancang proyek secara sistematis
·  Guru secara kolaboratif dengan siswa mulai merancang proyek
·  Siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok dan guru mulai merancang proyek
Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Menyusun jadwal dengan memperhatikan rincian kegiatan terhadap waktu pembelajaran serta menyusun alat dan bahan yang diperlukan
Berpikir terperinci
·   Peserta didik mampu menyusun jadwal secara sistematis
·  Guru memfasilitasi siswa menyusun jadwal kegiatan proyek.
·  Guru bersama siswa menyepakatai jadwal agar guru dapat melakukan monitoring proyek
·  Guru membuat instrumen penilaian proyek siswa
·  Siswa bersama guru membuat timeline penyelesaian proyek
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Memonitor peserta didik dan kemajuannya dibantu dengan tabel monitoring proyek
Berpikir Luwes
·   Peserta didik mampu menerapkan suatu konsep dari literatur yang diaplikasikan ke proyek dengan cara yang berbeda-beda. Misal melihat pengaruh dari perubahan volume

Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang lain

Berpikir terperinci
·   Peserta didik mampu melaksanakan proyek secara sistematis
·  Guru memonitor dan membantu aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek

·  Guru merekam keseluruhan aktivitas yang  penting menggunakan  instrumen yang ada
·  Siswa mulai melaksanakan proyek sesuai dengan rancangan sebelumnya.
·  Siswa berdiskusi bersama guru mengenai kemajuan serta hambatan yang dihadapi selama melaksanakan proyek
Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Menguji hasil dengan cara dipresentasikan kepada orang lain atau dalam bentuk pameran produk
Berpikir terperinci
·   Peserta didik mampu melaporkan hasil proyek secara terperinci

Berpikir Lancar
·   Peserta didik dapat memberikan lebih dari satu jawaban dari yang guru tanyakan

Berpikir Orisinal
·   Peserta didik mampu menemukan kesimpulannya sendiri terkait larutan penyangga
·  Guru menilai pencapaian proyek berdasarkan indikator pencapaian kompetensi
·  Guru mencari kelemahan proyek dan memberikan saran perbaikan
·  Siswa melaporkan hasil proyek yang dilakukan secara terperinci
·  Siswa memperbaiki proyek berdasarkan pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Mengevalusi pengalaman dengan cara indivi maupun kelompok
Berpikir Luwes
·   Peserta didik mampu mengemukakan pengalamannya selama proyek dengan beragam


·  Guru berdiskusi bersama siswa untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
·  Guru dan siswa melakukan refleksi diri selama pelaksanaan proyek sehingga proyek berikutnya lebih berhasil

·  Siswa berdiskusi bersama guru mengungkapkan pengalamanya selama menyelesaikan proyek sehingga mampu menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran
·  Siswa dan guru melakukan refleksi diri selama pelaksanaan proyek
1. menurut pendapat kalian apakah inovasi yang telah saya buat sudah efektif dan sudah lebih baik dari sintaks PJBL  sebelumnya ?
2. apakah inovasi sintaks PJBL ini sudah cocok untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa?
3. apa saran dan pendapat kalian terhadap inovasi yang sudah saya buat?