Friday, August 17, 2018

Komponen-komponen Kurikulum

  38 comments
          
Komponen-komponen Kurikulum 
          

         Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Sebagai suatu sistem komponen harus saling berkaitan satu sama lain.

1. Komponen tujuan
  • Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan
  • Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat
  • Dalam skala mikro tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan tujuan proses pembelajaran

          Hirarki tujuan
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang  ersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan tersebut. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang. TPN dirumuskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, Pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak kulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangggung jawab.

Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan Institusional sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program disuatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setuap satuan pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dll.
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan Kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional. Tujuan kurikuler tergambarkan pada standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harud dikuasai siswa pada setiap satuan pendidikan. Tujuan pembelajaran merupakan bagian dari tujuan kurikuler, yaitu kemampaun yang harus dimilki oleh setiapp anak didik setelah mereka mempelajari bahasa tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Terdapat tiga bentuk perilaku yang harus dirumuskan yaitu: Domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.

Domain kognitif
  • Knowledge (Pengetahuan) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya.
  • Comprehension (pemahaman) adalah kemampuan memahami suati objek atau subjek pembelajaran.
  • Application (penerapan) adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi tertentu.
  • Analysis, adalah kemampuan menguraikan atau memecahkan suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian.
  • Synthesis, adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang bermakna
  • Evaluation, adalah kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

Domain afektif
  • Penerimaan, adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah
  • Merespon, ditunjukkan oleh kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain
  • Menghargai, kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gelaja atau suatu objek tertentu
  • Mengorganisasi, berkenaan dengan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai tersebut
  • Karakteristik nilai, mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya dijadikan sebagai falsafah hidup serta dijadikan pedoman dalam berperilaku.

Domain psikomotor
  • Perception (persepsi), kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dipermasalahkan
  • Set (kesiapan), kesediaan seseorang untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku khusus
  • Imitation (meniru), kemampuan seseorang dalam mempraktekkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh
  • Adaption (menyesuaikan), kemampuan sudah disesuaikan dengan keadaan dan kondisis tertentu
  • Organization (menciptakan) tergambar dari kemampuannya mengahasilkan sesuatu yang baru.
2. Komponen isi/materi pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau meteri pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaan yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Komponen strategi berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. 
3. Komponen metode
Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi berbeda dengan metode, penggunaan strategi dan metode dalam pembelajaran akan tergantung pada pendekatan tertentu.
4. Komponen evaluasi
Melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan kurikulum perlu dipertahankan atau tidak. Evaluasi merupakan komponen unruk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan kedalam dua jenis.
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif ataua tingkat penguasaan materi pembelajaran. Tes harus memiliki dua kriteria yaitukriteria validitas dan reliabilitas. Tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individu.
Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untukmelihat aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Jenis-jenis non tes, observasi, wawancara, studi kasus, dan skala sikap. 

Komponen Utama Kurikulum 2013
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat ditemukan 3 permasalahan yaitu
sering kita jumpai pada saat mengajar alokasi waktu yang terdapat di prota prosem memiliki perbedaan dengan penerapaannya hal ini bisa  terjadi dengan berbagai faktor pertanyaannya
  1. Bagaimana cara kalian agar alokasi waktu tepat pada sasaran, jika pada saat mengajar terjadi waktu libur dan kegiatan sekolah lainnya?
  2. Mengapa peserta didik mudah sekali melupakan materi yang telah disampaikan dan hubungkan dengan tujuan kurikulum?
  3. Menurut pendpatmu, berdasarkan komponen-komponen kurikulum. Pendekatan yang bagaimana agar peserta didik yang kamu ajarkan dapat lebih mudah memahami materi?

Saturday, August 11, 2018

Pengembangan Kurikulum dan Desain Pembelajaran Kimia

  25 comments
Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum Terkini

Dalam dunia pendidikan, kurikulum menjadi semacam barometer untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran, sehingga salah satu entitas yang dikatakan sangat urgen dalam pendidikan adalah anatomi kurikulum itu sendiri. Skema perkembangan kurikulum di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pada kerangka ini yang perlu digaris bawahi adalah kurikulum tidah hanya identik dengan satuan mata pelajaran saja, melainkan  juga seluruh pengalaman pendidikan yang diberikan (di luar ataupun di dalam) oleh lembaga pendidikan peserta didik. Hal ini lah yang banyak negara-negara maju mencoba untuk melakukan reformasi pendidikan di bidang kurikulum yang disesuaikan dengan perubahan realitas dan penyelarasan dengan budaya lokal, sehingga daerah-daerah otonomi lebih memiliki tanggung jawab untuk mengelola sumberdaya pendidikan (Helen dalam Sulaiman, 2015:73).
Pengembangan kurikulum memiliki arti perubahan yang alasannya meliputi perubahan kehidupan dan perkembangan IPTEK. Sedangkan kurikulum sendiri merupakan program, rencana atau isi pelajaran yang diajarkan dan pembelajaran adalah bagaimana cara penyampaian apa yang diajarkan itu (metode, tindakan belajar mengajar, presentasi). Hal ini serupa dengan dengan pendapat Johnson (1967) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara dosen dengan mahasiswa dan Mc Donald dan Leeper (1965) kurikulum memproduksi rencana kegiatan dan pembelajaran adalah kegiatan pelaksanaan rencana pembelajaran. Kurikulum merujupakan tujuan akhir dari program pembelajaran dan pembelajaran berfungsi untuk mencapai tujuan tersebut.
Proses pengembangan kurikulum harus dilihat dari beberapa aspek yaitu, 1) siapa yang terlibat (dosen, administrator, orang tua, mahasiswa), 2) langkah-langkah yang digunakan (direktur, administrasi, komite, konsultan), 3) organisasi yang terlibat. Menurut Boyd (1984) pengembangan kurikulum harus dilihat dari respon IPTEK, respon perubahan sosial, kebutuhan mahasiswa, respon kemajuan pendidikan, dan respon perubahan sistem pendidikan. Mulyani (1988), menambahkan dalam pengembangan kurikulum didasarkan pada 1) teori (paham pembaharuan & kebutuhan masa depan), 2) ahli pendidikan, 3) ahli kurikulum, 4) dosen, 5) mahasiswa, 6) ahli lain diluar bidang pendidikan, 7) orang yang berminat dan 8) pemakai lulusan.
Prinsip yang harus dipegang dalam mengembangkan kurikulum yaitu relevan, fleksibel, kontiniu, efektif, efisien dan praktis. Dilandaskan berdasarkan filsafat, sosial dan budaya, mahasiswa dan teori belajar.
Dalam perjalanan kurikulum 2013, terdapat berbagai perubahan yang terjadi diantaranya:
  1. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional akan tetapi tetap Kurikulum 2013   Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.
  2. Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran hanya Agama dan PPKN namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP.
  3. Jika ada 2 nilai praktik dalam 1 KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai ketrampilan dalam 1 KD ditotal (praktek, produk, portofolio) dan diambil nilai rata-rata. Untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir semester itu sama.
  4. Pendekatan scientific 5M bukanlah satu-satunya metode saat mengajar dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan.
  5. Silabus kurtilas (k13) edisi revisi terbaru lebih ramping hanya 3 kolom. Yaitu KD, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran.
  6. Perubahan terminologi Ulangan Harian (UH) menjadi Penilaian Harian (PH), UAS menjadi Penilaian Akhir Semester untuk semester 1 dan Penilaian Akhir Tahun (PAT) untuk semester 2. Dan sudah tidak ada lagi UTS, langsung ke penilaian akhir semester.
  7. Dalam RPP, tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik penilaian (jika ada).
  8. Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat dan deskripsi.
  9. Remedial diberikan untuk yang kurang namun sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil.


Berdasarkan media komunikasi dan inspirasi jendela pendidikan dan kebudayaan yang diterbitkan bulan juni tahun 2016 terdapat empat perbaikan kurikulum 2013. Perbaikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Perlu diperhatikan oleh pendidik dalam membuat RPP yaitu harus mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Selain PPK pada pembelajaran perlu juga diintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative and Collaborative); dan HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, and Creativity and Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah  jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.



Berdasarkan ulasan di atas dapat ditemukan bebrapa permasalaha disekitar pengembangan kurikulum yaitu;
  1. Bagaimana cara mendapatkan informasi yang benar untuk perumusan kurikulum?
  2. Mengapa penerapan 4C pada kurikulum 2013 masih kurang optimal, hal ini dapat dilihat dari respon peserta didik yang mempelajarinya?
  3. Menurut pendapat pembaca, bagaimana cara mengoptimalkan pembelajaran dengan kurikulum yang dipakai saat ini jika kita hubungkan dengan penguasaan 4C dan HOTS?