Inovasi Sintak Model-Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan dampaknya terhadap kemampuan berfikir Kritis siswa
Inovasi Sintak Model-Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan dampaknya terhadap kemampuan berfikir Kritis siswa
Model
Problem Based Learning merupakan pembelajaran berbasis masalah dimana
siswa di sajikan pada masalah yang ada pada dunia nyata sebagai konteks
pembelajarannya. Problem based learning merupakan salah satu inovasi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Menurut Albanese &
Mitchell, sebagaimana dikutip oleh Selcuk (2010: 711-723) bahwa problem
based learning dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan menurut Ngeow and Kong (2001) dalam Selcuk (2010: 711-723)
bahwa pendekatan problem based learning merupakan pembelajaran yang
membuat siswa aktif dan menjadi mandiri , masalah yang dihadapi siswa
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan
berpikir kritis adalah suatu kemampuan seseorang dalam menganalisis ide
atau gagasan secara logis, reflektif, sistematis dan produktif untuk
membantu membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa
yang diyakini atau akan dilakukan sehingga berhasil dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapi.
Berpikir kritis termasuk proses berpikir tingkat tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan menggunakan kontrol aktif, yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking. Tidak semua orang bisa berpikir kritis karena dibutuhkan keyakinan yang kuat dan mendasar agar tidak mudah dipengaruhi. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Berpikir kritis termasuk proses berpikir tingkat tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan menggunakan kontrol aktif, yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking. Tidak semua orang bisa berpikir kritis karena dibutuhkan keyakinan yang kuat dan mendasar agar tidak mudah dipengaruhi. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Karakteristik Berpikir Kritis
Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2010:154), terdapat empat komponen berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
- Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.
- Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
- Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
- Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat delapan karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:
- Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
- Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
- Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
- Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
- Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
- Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.
Indikator Berpikir Kritis
Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2013:24), terdapat lima kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
- Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification). Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang.
- Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
- Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.
- Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.
- Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2) menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.
- Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
- Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
- Memperjelas dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
- Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas, dan klaim-klaim.
- Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
- Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasanpenjelasan.
- Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.
- Menyimpulkan.
- Menghasilkan argumen-argumen.
Arends (2007: 57) menguraikan lima fase dalam problem based learning, perilaku guru pada setiap fase diringkaskan pada Tabel 2.1
Di bawah ini, inovasi sintak model problem based learning berbasis berpikir kritis
Sintak model PBL
konvensional
|
Sintak model PBL
hasil modifikasi (inovasi)
|
Indikator berpikir
kritis
|
Perilaku guru
|
Contoh
|
Perilaku siswa
|
Konsep/Materi
inti/Makna yang harus dikuasai siswa
|
Dampak Inovasi
Sintaks terhadap Kemampuan berpikir kritis
|
Fase 1
Mengorientasikan peserta didik pada masalah
|
Fase 1
Memberikan orientasi tentang permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari kepada siswa
|
·
Mengidentifikasi permasalahan
·
Bertanya dan menjawan pertanyaan
|
Guru membahas tujuan pembelajaran mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam
kegiatan mengatasi masalah
|
Guru akan menjelaskan materi larutan penyangga. Pada awal
pembelajaran guru bertanya, “apakah kalian pernah meneteskan obat tetes mata
pasa saat mata kalian iritasi? Apakah perih dimata? Mengapa demikian?
|
Setiap siswa mengamati penjelasan guru dan mencoba
untuk memahami permasalahan yang ada
|
Siswa mampu mengidentifikasi masalah yang disajikan
|
Siswa mampu mengidentifikasi permasalahan dari sudut
pandang yang berbeda dan memberikan pertanyaan yang kritis terkait
permasalahan
|
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
|
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk meneliti informasi yang didapatkan
bersumber dari literatur, buku, internet dan eksperimen sederhana terkait
larutan penyangga
|
·
Menganalisis argumen seperti, mengidentifikasi
kesimpulan dari literatur atau yang lainnya. Membuat ringkasan dari hasil
temuan. Mengidentifikasi permasalah dengan mengkaitkan dengan ringkasan
|
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya
|
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan penyelidikan
pH obat tetes mata. Kemudian siswa mencari informasi pH mata kita Dan membandingkan
dengan pH obat tetes mata.
|
Siswa duduk berkelompok dan melakukan diskusi untuk menemukan solusi
|
Siswa mampu memberikan alasan terhadap masalah yang disajikan
|
Siswa mampu memberikan alasan terhadap masalah obat tetes mata
berlandaskan dari studi literatur dan mengkaitkannya dengan permasalahan
tersebut
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan
|
Fase 3
Membantu investigasi dari permasalahan yang ditemukan
secara mandiri dan kelompok berdasarkan eksperimen sederhana dan dihubungkan
dengan literatur serta ringkasan yang telah mereka buat
|
·
Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
seperti, melibatkan sedikit dugaan, melaporkan hasil observasi, merekan hasil
observasi, menggunakan bukti-bukti yang benar, menggunakan teknologi dan
mempertanggungjawabkan hasil observasi
|
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan
dan solusi
|
Guru membimbing siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Guru memberikan arahan agar siswa mendapat informasi mengenai pH obat tetes
mata dan kandungannya sehingga tidak perih pada saat diteteskan di mata.
|
Siswa melakukan percobaan untuk memahami penyebab
masalah dan memberikan solusi atas permasalahan meurut pandangan kelompoknya
masing-masing
|
Siswa mampu menjelaskan larutan penyangga
|
Siswa memapu menjelaskan permasalahan obat tetes
terkait larutan penyangga dengan observasi dan mempertimbangkan laporan
observasi seperti, melibatkan sedikit dugaan, melaporkan hasil observasi,
merekan hasil observasi, menggunakan bukti-bukti yang benar, menggunakan
teknologi dan mempertanggungjawabkan hasil observasi
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Fase 4
Mengembangkan dan mempresentasikan
artefak dan exhibit
|
·
Menyimpulkan, seperti menarik kesimpulan sesuai fakta
dari hasil penyelidikan
·
merekan hasil observasi, menggunakan bukti-bukti yang
benar, menggunakan teknologi dan mempertanggungjawabkan
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak–artefak
yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model–model, dan membantu
mereka untuk menyampaikan kepada orang lain
|
Setiap kelompok diberikan tugas untuk menganalisis data hasil penyelidikan.
Kelompok yang ditunjuk oleh guru harus memaparkan hasil analisis pH obat
tetes mata di depan kelas.
|
Siswa membuat laporan hasil pengamatan secara sederhana kemudian
mengidentifikasi solusi atas permasalahan
|
Keterampilan melaporkan hasil pengamatan ilmiah
|
Siswa dapat melaporkan hasil pengamatan berdasarkan argumennya sendiri
baik secara mandiri maupun kelopok
berdasarkan fakta dari hasil penyelidikan
|
|
Bertanya
Membimbing
siswa melakukan tanya jawab/diskusi secara mandiri
dan berkelompok terhadap permasalahn yang ada dan penyebab yang terjadi serta
memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan tersebut
|
·
Memberikan penjelasan lanjut seperti mengidentifikasi asumsi-asumsi
selama waktu diskusi dengan memberikan penjelasan bukan pernyataan dan
mengkonstruksi argumen
|
Guru memonitoring jalannya diskusi
|
|
Setiap kelompok melakukan diskusi seputar permasalahan
yang terjadi dan memunculkan hasil penemuan mereka disertai dengan bukti-bukti yang mereka
temukan
|
Keterampilan dalam berargumen berdasarkan bukti-bukti
yang ditemukan
|
Siswa mampu memberikan penjelasan lebih lanjut saat
diberikan pertanyaan
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Fase 5
Menganalisis serta meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi.
Mengevaluasi proses mengatasi masalah dengan memberikan tes akhir berupa
tes essay
|
Memberikan penjelasan lanjut seperti mengidentifikasi asumsi-asumsi
selama waktu diskusi dengan memberikan penjelasan bukan pernyataan dan
mengkonstruksi argumen
|
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasi dan
proses–proses yang mereka gunakan
|
Guru memberikan penguatan terhadap hasil analisis siswa. Obat tetes mata
merupakan contoh larutan penyangga dalam kehidupan. Obat tetes mata mempunyai
kisaran pH 5 dengan kandungan asam borat. Hal tersebut menyebabkan mata tidak
perih pada saat ditetesi obat tetes mata karena sesuai dengan pH mata kita.
|
Siswa mengintrospeksi diri terhadap pemaham yang diperoleeh
|
Pengayaan tentang konsep larutan penyangga
|
Siswa mampu mengevaluasi
pernyataan-pernyataan berdasarkan penguatan yang diberikan guru, serta menarik kesimpulan-kesimpulan terkait
pembelajaran larutan penyangga.
Memberikan tes akhir berupa tes essay
Diharapkan siswa yang tadinya tidak mengerti dan tidak memiliki gagasan kritis
terhadap permasalahan dapat terasah.
|
1. Menurut anda, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator kemampuan berpikir kritis?
2. Menurut anda, apakah kemampuan berpikir kritis bisa ditingkatkan dari proses sintak pembelajaran tersebut? atau hanya dapat dimunculkan saja?
3. Berikan saran dan pendapat Anda mengenai inovasi sintaks yang saya buat!